Skrining Kanker Pankreas pada Orang dengan Risiko Genetik

Artikel ini terakhir di perbaharui September 9, 2020 by Rinaldi Syahran
Skrining Kanker Pankreas pada Orang dengan Risiko Genetik
Organ manusia pankreas dengan diagnosis kanker pankreas - freepik/agartist

American Gastroenterological Association (AGA) dalam sebuah panduan terbarunya merekomendasikan identifikasi dan penyaringan atau skrining pasien yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit lesi pankreas dan kanker pankreas. Tujuannya adalah menemukan orang-orang yang berisiko terkena kanker pankreas karena gen yang diturunkan, atau memiliki riwayat pengidap kanker pankreas dalam keluarga. Kanker pankreas adalah penyebab paling umum ketiga dari kematian akibat kanker di Amerika Serikat. Penyakit dalam ini diperkirakan akan menjadi penyebab kematian akibat kanker kedua terbesar pada tahun 2030.

Kanker ini sulit dideteksi pada tahap awal, karena gejalanya seringkali samar atau tanpa gejala sama sekali. Apalagi tumor yang mengiringi kanker pankreas biasanya tidak terlihat atau terasa selama pemeriksaan fisik. Pada saat gejala seperti penyakit kuning muncul, kanker telah menyebar ke luar pankreas atau menyebar ke bagian tubuh lainnya (bermetastasis).

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian telah menyoroti peran genetika dalam risiko kanker pankreas. Menurut panduan AGA yang diperbarui, sekitar tiga hingga lima persen kasus kanker pankreas disebabkan oleh sindrom genetik yang diturunkan, sementara lima hingga 10 persen kasus disebabkan oleh kanker pankreas familial (riwayat keluarga kanker pankreas yang kuat tetapi tidak memenuhi kriteria untuk sindrom yang diwariskan). Risiko seseorang terkena kanker pankreas pada populasi umum rata-rata sekitar 1,3 persen. Risiko pada orang yang memiliki kerabat tingkat pertama (orang tua, saudara kandung, anak) yang mengidap kanker pankreas adalah delapan hingga 12 persen. Risiko ini meningkat hingga 40 persen pada orang dengan tiga atau lebih kerabat tingkat pertama yang terkena.

Rekomendasi Terbaru

iluustrasi skrining kanker pankreas
Dokter tampak dekat memperlihatkan analisis data medis – freepik/tonefotografia

Pencitraan resonansi magnetik (MRI) dan ultrasonografi endoskopi (EUS) adalah metode skrining utama yang direkomendasikan. Tes pencitraan ini terbukti sensitif untuk menemukan lesi pankreas. Skrining bertujuan untuk menemukan kanker dan lesi awal pankreas yang cenderung berkembang menjadi kanker sebelum tanda dan gejala muncul dan sebelum kanker menyebar.

Panduan baru dari AGA meningkatkan peluang untuk deteksi dini, juga peluang bertahan hidup pada pasien dengan risiko genetik. Menurut panduan tersebut, orang dengan risiko rata-rata kanker pankreas tidak memerlukan skrining. Namun praktisi kesehatan harus mempertimbangkan skrining pankreas untuk orang tua, saudara kandung, dan anak-anak dari penderita kanker pankreas, terutama mereka yang memiliki lebih dari dua anggota keluarga biologis yang terkena.

Para dokter dan profesional di bidang perawatan kesehatan juga harus mempertimbangkan skrining pada pasien yang mengidap sindrom Peutz-Jeghers (PJS), kelainan predisposisi kanker bawaan yang terkait dengan varian gen STK11 yang menyebabkan polip gastrointestinal dan bintik-bintik pada kulit, serta peningkatan risiko kanker lainnya. Risiko sangat tinggi juga dikaitkan dengan pankreatitis familial, yang disebabkan oleh varian gen PRSS1.

Individu dengan satu atau lebih kerabat biologis dekat yang mengidap sindrom Lynch — penyebab paling umum dari kanker kolon herediter — mungkin juga memerlukan skrining. Panduan tersebut menyarankan bahwa praktisi perawatan kesehatan juga mempertimbangkan untuk mengidentifikasi pasien dengan varian patogen (penyebab penyakit) yang diketahui dalam gen CDKN2A, BRCA1, BRCA2, PALB2, dan ATM.

Panduan AGA juga merekomendasikan agar konseling dan tes genetik dipertimbangkan untuk kerabat dalam kasus kanker pankreas dalam keluarga. Namun panduan tersebut tidak menyebutkan tentang penggunaan pengujian genetik tertentu untuk mengungkap faktor risiko genetik. Panduan tersebut juga mencatat bahwa mengidentifikasi perubahan genetik yang diwariskan — yang terkait dengan peningkatan risiko kanker pankreas — dapat menjadi peluang untuk mengidentifikasi kanker terkait lainnya.

Skrining untuk kanker pankreas harus dimulai pada usia 50, atau 10 tahun sebelum usia ketika anggota keluarga termuda yang terkena didiagnosis. Orang yang memiliki varian patogen dalam gen CDKN2A dan PRSS1 harus diskrining mulai usia 40 tahun dan orang yang mengidap PJS harus mulai skrining kanker pankreas pada usia 35 tahun.

Waktu pemeriksaan berikutnya tergantung pada hasil pemeriksaan awal. Misalnya, jika skrining pertama tidak menunjukkan adanya lesi, pasien biasanya diskrining ulang setiap tahun, sedangkan skrining ulang untuk pasien dengan lesi risiko tinggi biasanya dilakukan setiap tiga bulan (jika tidak ada rencana pembedahan). Jika lesi pankreas ditemukan, biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) dapat dilakukan sebagai tindak lanjut.

Panduan ini juga menyebutkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan mereka yang berisiko tinggi terkena kanker pankreas untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas tes skrining, serta untuk mengembangkan tes darah, seperti tes DNA tumor, yang bisa jadi alat skrining yang berguna untuk mengidentifikasi risiko kanker pankreas. Itu dia artikel skrining kanker pankreas dari Info Pasien. Jangan lupa baca informasi kesehatan lainnya di sini!

Retno Wulandari
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan main-main. Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika saja mereka mengetahui."