Tes Skrining untuk Dewasa (Usia 30-49 Tahun)

Artikel ini terakhir di perbaharui December 3, 2020 by Rinaldi Syahran
Tes Skrining untuk Dewasa (Usia 30-49 Tahun)
Pretty woman 30 -35 years old at home sitting on the couch showing a gesture okay - Victoriadunn/Freepik

Apa Itu Tes Skrining untuk Dewasa (Usia 30-49 Tahun)? Tes skrining adalah tes laboratorium yang membantu untuk mengidentifikasi adanya risiko yang berkembang, yang mengarah kepada kondisi atau penyakit tertentu sebelum penyakit tersebut menimbulkan gejala. Tes skrining bahkan dapat mengidentifikasi risiko munculnya penyakit sebelum kita menyadari bahwa kita memiliki risiko tersebut, sehingga tindakan pencegahan dapat diambil. Tes skrining adalah bagian penting dari perawatan kesehatan preventif.

Tes skrining membantu mendeteksi penyakit pada tahap paling awal dan paling dapat diobati. Oleh karena itu, metode ini paling bermanfaat saat digunakan untuk menyaring penyakit yang serius dan dapat diobati, sehingga ada manfaatnya untuk mendeteksi penyakit sebelum gejalanya dimulai.

Tes skrining cukup peka—tes semacam ini mampu mengidentifikasi dengan benar individu-individu yang memiliki penyakit tertentu. Banyak tes rutin yang dilakukan pada ujian kesehatan rutin adalah tes skrining. Tes kolesterol dan Pap smear untuk wanita adalah contohnya. Bayi baru lahir diskrining untuk berbagai kondisi saat lahir.

Tes skrining yang positif seringkali membutuhkan pengujian lebih lanjut dengan tes yang lebih spesifik. Hal ini penting untuk mengecualikan orang-orang yang tidak memiliki penyakit tertentu atau untuk memastikan diagnosis dengan benar.

Tes diagnostik dapat digunakan untuk tujuan skrining, tetapi tes diagnostik umumnya digunakan untuk memastikan diagnosis pada seseorang yang memiliki tanda, gejala, atau bukti lain dari penyakit tertentu.

Table of Contents

Tes Skrining untuk Dewasa Usia 30-49 Tahun

Tes skrining adalah bagian penting dari perawatan kesehatan preventif kita. Untuk orang yang berusia antara 30 dan 49 tahun, tes ini digunakan untuk deteksi dini beberapa penyakit yang lebih umum dan berpotensi mematikan — seperti kanker, diabetes, dan penyakit jantung — yang mulai memengaruhi orang di usia pertengahan.

Tes ini dapat membantu mendeteksi penyakit dan kondisi tertentu pada tahap paling awal dan paling dapat disembuhkan, bahkan sebelum kita menyadari gejalanya.

Dengan informasi dari tes skrining, dokter, terapis dan petugas kesehatan dapat bekerja sama dengan kita untuk mengembangkan tindakan pencegahan yang akan meningkatkan kesehatan kita dan bahkan dapat memperpanjang kehidupan kita yang sehat.

Misalnya, tes kolesterol rutin dapat mengungkapkan risiko kita terkena penyakit jantung, memungkinkan kita mengambil langkah pencegahan — seperti perubahan gaya hidup misalnya — sebelum kita mengembangkan kondisi jantung yang serius.

Artikel ini memberikan informasi tentang tes skrining yang disarankan untuk orang dewasa berusia 30 hingga 49 tahun. Artikel ini juga merangkum rekomendasi dari berbagai otoritas, dan ada konsensus di banyak bidang, tetapi tidak mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, saat mendiskusikan skrining dengan dokter dan membuat keputusan tentang tes skrining, penting untuk mempertimbangkan situasi kesehatan dan toleransi risiko yang kita miliki.

Tidak semua orang dalam kelompok usia ini mungkin memerlukan pemeriksaan untuk setiap kondisi yang tercantum di sini. Bacalah bagian di bawah ini untuk mempelajari lebih lanjut tentang setiap kondisi dan untuk menentukan apakah pemeriksaan mungkin sesuai untuk Anda atau anggota keluarga Anda. Anda harus mendiskusikan opsi skrining dengan dokter dan praktisi medis Anda.

Tes Skrining Kolesterol Tinggi untuk Dewasa

Sejak masa kanak-kanak, zat lilin yang disebut kolesterol dan zat berlemak lainnya yang disebut lipid mulai menumpuk di arteri, mengeras menjadi plak yang mempersempit jalan masuk. Selama masa dewasa, penumpukan plak dan masalah kesehatan yang diakibatkan tidak hanya terjadi di arteri yang memasok darah ke otot jantung tetapi juga di arteri di seluruh tubuh (masalah yang dikenal sebagai aterosklerosis).

Untuk pria dan wanita di Amerika Serikat, penyebab kematian nomor satu adalah penyakit jantung, dan jumlah kolesterol dalam darah sangat mempengaruhi peluang seseorang untuk mengidapnya.

Memantau dan menjaga tingkat kolesterol yang sehat penting untuk tetap sehat. Skrining untuk kolesterol tinggi, biasanya dengan profil lipid, penting karena biasanya tidak ada gejala ketika kita mengidap kolesterol tinggi. Profil lipid biasanya mencakup kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida, dan terkadang kolesterol non-HDL.

Biasanya, sebelum tes kita harus puasa selama 9-12 jam (hanya boleh minum air) sebelum pengambilan darah, tetapi beberapa laboratorium dapat menawarkan pengujian lipid non-puasa.

Rekomendasi Skrining Kolesterol Tinggi untuk Dewasa

Karena organisasi perawatan kesehatan tidak selalu merekomendasikan hal yang sama terkait skrining kolesterol tinggi, penting untuk bekerja sama dengan dokter ketika mengembangkan rencana pemeriksaan kolesterol yang tepat untuk Anda.

  • The American Heart Association merekomendasikan bahwa semua orang dewasa berusia 20 tahun ke atas melakukan tes kolesterol (profil lipid puasa) setiap empat hingga enam tahun. Pengujian yang lebih sering direkomendasikan bagi mereka yang berisiko tinggi.
  • S. Preventive Services Task Force (USPSTF) menyarankan dokter dan pasien mereka untuk merencanakan skrining kolesterol tinggi dan mengevaluasi risiko keseluruhan seseorang untuk penyakit jantung untuk menentukan siapa yang dapat memperoleh manfaat dari pengobatan dengan statin.

Pedoman USPSTF pada tahun 2016 tidak merekomendasikan untuk atau menentang skrining kolesterol pada orang yang berusia 21 hingga 39 tahun. Hal ini didasarkan pada kurangnya bukti bahwa skrining sebelum usia 40 berdampak pada kesehatan jantung. USPSTF merekomendasikan bahwa dokter menggunakan penilaian mereka saat memutuskan untuk menskrining orang dalam kelompok usia ini.

Untuk orang berusia 40 hingga 75 tahun, alih-alih skrining, USPSTF merekomendasikan untuk menilai risiko penyakit jantung individu secara keseluruhan dan apakah mereka akan mendapat manfaat dari pengobatan statin.

Pedoman tersebut juga mencatat bahwa statin mungkin bukan jawaban untuk semua orang yang memiliki faktor risiko penyakit jantung. Terlepas dari risiko penyakit jantung, semua orang bisa mendapatkan keuntungan dari perubahan gaya hidup yang mengurangi kemungkinan terkena penyakit jantung.

Apa Saja Faktor Risiko Kolesterol Tinggi?

Beberapa faktor risiko meliputi:

  • Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung dini (penyakit jantung pada saudara laki-laki tingkat pertama di bawah usia 55 tahun atau saudara perempuan tingkat pertama di bawah usia 65)
  • Merokok dan menggunakan produk tembakau
  • Mengidap diabetes atau pradiabetes
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi) atau minum obat tekanan darah
  • Obesitas atau kelebihan berat badan
  • Diet tidak sehat
  • Ketidakaktifan fisik, tidak cukup berolahraga
  • Penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya atau sudah pernah mengalami serangan jantung.

Tes Skrining Obesitas untuk Dewasa

Obesitas adalah masalah kesehatan yang serius dan terus berkembang di A.S. Selama 20 tahun terakhir, tingkat obesitas terus meningkat di seluruh A.S. di semua rentang usia. Saat ini, sekitar 42 persen orang dewasa di AS mengalami obesitas dan sekitar sembilan mengalami obesitas parah, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS.

Obesitas merupakan suatu kondisi kompleks dengan beberapa faktor penyebab, seperti perilaku, lingkungan dan komunitas, penyakit yang mendasari, dan obat-obatan. Menurut CDC, gen juga berperan dalam mengembangkan obesitas.

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang serius karena menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan dan meningkatkan risiko berbagai kondisi dan penyakit, seperti:

  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Kolesterol tinggi dan/atau trigliserida tinggi
  • Diabetes tipe 2
  • Penyakit kardiovaskular
  • Penyakit kandung empedu
  • Encok
  • Sleep apnea dan masalah pernapasan
  • Artritis (misalnya osteoartritis)
  • Beberapa jenis kanker
  • Penyakit serius jika terkena infeksi COVID-19
  • Masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan

Menghitung indeks massa tubuh (BMI) Anda dapat menjadi alat skrining yang berguna untuk menilai status berat badan Anda.

Untuk orang dewasa, rumus dan klasifikasi berikut digunakan:

BMI = (Berat dalam kilogram) / (tinggi dalam meter kuadrat kuadrat)

Definisi Indeks Massa Tubuh (BMI)

Kurang dari 18,5 — Berat badan kurang

18,5 hingga 24,9 — Berat normal

25,0 hingga 29,9 — Kegemukan

30 tahun ke atas — Obesitas.

Obesitas sering kali dibagi lagi menjadi beberapa kategori:

30 hingga 34 — Kelas 1

35 hingga 39 — Kelas 2

40 atau lebih — Kelas 3 (obesitas ekstrim atau berat).

Meskipun BMI adalah alat skrining yang berguna, BMI bukanlah diagnostik status kesehatan kita. Dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan kesehatan dan mempertimbangkan beberapa faktor untuk mengevaluasi kesehatan kita secara keseluruhan serta risiko yang dapat menimbulkan kondisi dan penyakit tertentu.

Rekomendasi Skrining Obesitas untuk Dewasa

U.S. Preventive Services Task Force merekomendasikan agar praktisi perawatan kesehatan menawarkan atau merujuk pasien dengan BMI 30 atau lebih tinggi untuk mengikuti program intensif. Program ini menawarkan beberapa strategi untuk mengubah perilaku, mengurangi berat badan, dan meningkatkan aktivitas. American Academy of Family Physicians mendukung rekomendasi ini.

Canadian Task Force on Preventive Health Care merekomendasikan agar dokter menyaring obesitas pada semua orang dewasa pada kunjungan perawatan primer dengan mengukur BMI.

Beberapa organisasi kesehatan lain, seperti American College of Cardiology, American Heart Association, dan National Institute for Health and Care Excellence, merekomendasikan pemeriksaan obesitas orang dewasa secara teratur dengan mengukur lingkar pinggang dan/atau BMI.

Pemeriksaan rutin mungkin menunjukkan bahwa berat badan Anda meningkat dari waktu ke waktu. Dokter mungkin merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk membalikkan tren ini. Misalnya, makan makanan yang sehat dan berolahraga secara teratur dapat membantu mencegah Anda dari kelebihan berat badan atau obesitas.

Jika Anda didiagnosis kelebihan berat badan atau obesitas, dokter mungkin merekomendasikan pengobatan. Perawatan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan obesitas dan mungkin termasuk obat-obatan untuk menurunkan berat badan. Beberapa orang dengan obesitas mungkin perlu mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan ahli bedah yang mengkhususkan diri dalam operasi penurunan berat badan.

Tes Skrining Diabetes untuk Dewasa

Diabetes adalah penyebab utama kematian ketujuh di Amerika Serikat. CDC memperkirakan bahwa 30,2 juta orang berusia 18 tahun ke atas, atau 12,2 persen dari semua orang dalam kelompok usia ini, telah mendiagnosis atau tidak terdiagnosis diabetes. Dari jumlah tersebut, 4,6 juta berusia 18-44 dan 14,3 juta berusia 45-64 tahun.

Diabetes tipe 2 menyumbang 90-95 persen dari semua kasus diabetes yang didiagnosis di antara orang dewasa. Berat badan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik, juga masalah kesehatan nasional yang signifikan, keduanya merupakan faktor penyebab meningkatnya kasus diabetes tipe 2. 84,1 juta orang dewasa Amerika lainnya yang berusia 18 tahun atau lebih menderita pradiabetes, yang berarti kadar glukosa darah mereka lebih tinggi dari biasanya tetapi belum cukup tinggi untuk didiagnosis menderita diabetes.

Mendeteksi pradiabetes memungkinkan individu mengambil langkah untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan diabetes tipe 2 dan komplikasinya.

Komplikasi ini termasuk serangan jantung, stroke, hipertensi, kebutaan dan masalah mata, penyakit ginjal, dan penyakit sistem saraf. Lebih dari 60 persen amputasi tungkai bawah terjadi pada penderita diabetes.

Apakah Anda Berisiko Menderita Diabetes?

Kelebihan berat badan — memiliki indeks massa tubuh (BMI) sama dengan atau lebih besar dari 25 kilogram per meter kuadrat — merupakan faktor risiko utama diabetes tipe 2.

Faktor risiko lain yang terkait dengan kesehatan Anda sendiri:

  • Ketidakaktifan fisik
  • Memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), artinya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih tinggi atau sedang menjalani terapi hipertensi
  • Riwayat penyakit kardiovaskular
  • Memiliki kadar kolesterol HDL kurang dari 40 mg/dL (1,00 mmol/L) dan/atau kadar trigliserida lebih besar dari 150 mg/dL (1,70 mmol/L)
  • Memiliki hasil tes hemoglobin A1c sebelumnya sama dengan atau lebih besar dari 5,7 persen, toleransi tes glukosa terganggu (hasil tes toleransi glukosa 140 hingga 199 mg/dL (7,8 hingga 11,1 mmol/L)), atau tes gangguan glukosa puasa (kadar glukosa puasa 100 hingga 125 mg/dL (5,6 sampai 6,9 mmol / L))
  • Memiliki kondisi yang berhubungan dengan resistensi insulin, seperti obesitas parah dan acanthosis nigracans.

Faktor risiko terkait keluarga:

  • Memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita diabetes
  • Berasal dari keturunan Afrika-Amerika, Latin, Amerika Asli, Amerika Asia, atau Kepulauan Pasifik.

Faktor risiko yang hanya dimiliki wanita:

  • Melahirkan bayi dengan berat lebih dari empat kilogram atau menderita diabetes gestasional
  • Memiliki sindrom ovarium polikistik.

Tes Skrining Diabetes untuk Pria dan Wanita (Tidak Sedang Hamil)

  • Glukosa puasa (glukosa darah puasa, FBG) — tes ini mengukur kadar glukosa dalam darah setelah puasa 8-12 jam.
  • Hemoglobin A1c (juga disebut A1c atau hemoglobin terglikasi) — tes ini mengevaluasi jumlah rata-rata glukosa dalam darah selama 2 hingga 3 bulan terakhir dan telah direkomendasikan sebagai tes lain untuk menyaring diabetes.
  • Tes toleransi glukosa oral (TTGO) 2 jam — tes ini melibatkan pengambilan sampel darah puasa untuk pengukuran glukosa, diikuti dengan meminta orang tersebut meminum larutan yang mengandung 75 gram glukosa dan kemudian mengambil sampel lain dua jam setelah orang tersebut mulai mengonsumsi glukosa. larutan.

Jika salah satu dari hasil ini tidak normal, tes diulangi pada hari lain. Jika hasil berulang juga tidak normal, diagnosis diabetes dibuat.

Rekomendasi Skrining Diabetes untuk Dewasa (Usia 30-49 Tahun)

  • American Diabetes Association (ADA) dan U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) merekomendasikan hal berikut:
  • Jika Anda berusia 45 tahun atau lebih, Anda harus diperiksa.
  • Jika Anda lebih muda dari 45 tahun tetapi kelebihan berat badan atau memiliki salah satu faktor risiko lain, pertimbangkan skrining diabetes.
  • Bahkan jika hasil skrining awal normal, lakukan pengujian ulang setidaknya setiap 3 tahun, misalnya ADA dan USPSTF. Jika Anda teridentifikasi menderita pradiabetes, periksakan diri Anda setiap tahun.
  • American Association of Clinical Endocrinologists (AACE) juga merekomendasikan skrining diabetes untuk orang asimtomatik dengan faktor risiko ini, serta mereka yang menjalani terapi antipsikotik untuk skizofrenia atau yang memiliki penyakit bipolar parah.

Karena pakar kesehatan masyarakat bekerja untuk mendidik kita tentang apa yang harus dilakukan untuk menghindari diabetes dan komplikasi seriusnya, ketahuilah bahwa kebiasaan makan yang sehat dan pilihan aktivitas dapat menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2 dan menderita komplikasi dari penyakit tersebut.

Tes Skrining Hipertensi untuk Dewasa

Hampir setengah dari orang dewasa di AS memiliki tekanan darah tinggi, menurut American Heart Association. Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan darah pada dinding arteri.

Tekanan darah tinggi, juga disebut hipertensi, terjadi ketika tekanan itu secara terus menerus terlalu tinggi.

Mendeteksi dan mengobati tekanan darah tinggi penting karena seiring waktu, hal itu dapat merusak sistem peredaran darah dan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya di kemudian hari.

Faktanya, hipertensi berkontribusi pada satu dari setiap tujuh kematian di AS. Secara umum, semakin lama kita mengalami tekanan darah tinggi, semakin besar potensi kerusakan jantung dan organ lain termasuk ginjal, otak, dan mata.

Tekanan darah tinggi sebelum usia 40 tahun merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung di kemudian hari.

Kebanyakan orang yang memiliki tekanan darah tinggi tidak menyadarinya karena seringkali tidak ada gejala yang jelas. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kita memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan menjalani tes.

Bagaimana Tekanan Darah Diukur?

Tekanan darah secara tradisional diukur dalam pengaturan perawatan kesehatan menggunakan manset tekanan darah dengan pengukur tekanan (sphygmomanometer). Manset berisi udara ini membungkus lengan atas dan menghalangi aliran darah. Dengan melepaskan sedikit udara dari manset, darah perlahan mengalir kembali ke lengan. Tekanan yang diukur di dalam manset sama dengan tekanan di dalam arteri.

Ada dua angka yang diukur untuk tekanan darah. Tekanan darah sistolik adalah tekanan saat jantung kita berdetak. Tekanan darah diastolik adalah saat jantung rileks di antara detak dan tekanan turun. Kedua angka tekanan darah tersebut ditulis dengan angka tekanan sistolik berada di depan angka tekanan diastolik. Misalnya, tekanan darah 120/80 mm Hg (milimeter merkuri) sesuai dengan tekanan sistolik 120 dan tekanan diastolik 80.

Menggunakan sphygmomanometer masih dianggap sebagai metode terbaik, namun kita lebih mengenal perangkat yang menggabungkan manset tekanan darah dengan sensor elektronik digunakan untuk mengukur tekanan darah.

Metode lainnya untuk mengukur tekanan darah adalah meminta Anda mengenakan perangkat yang memantau dan mencatat tekanan darah secara berkala sepanjang hari untuk mengevaluasi tekanan darah Anda dari waktu ke waktu. Hal ini sangat membantu selama proses diagnosis dan dapat membantu menyingkirkan hipertensi “jas putih”, angka tekanan darah tinggi yang hanya terjadi saat Anda berada di kantor dokter dan tidak di waktu lain.

Pengukuran tekanan darah yang hanya sekali saja tidak cukup untuk mendiagnosis hipertensi. Biasanya, beberapa kali pengukuran harus dilakukan pada hari yang berbeda. Diagnosis tekanan darah tinggi dibuat jika pengukuran selalu tinggi.

Berapa angka tekanan darah normal? — Panduan tentang tekanan darah “normal” berbeda. Bacalah artikel tentang Hipertensi untuk mengetahui apa arti pembacaan tekanan darah Anda.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Tekanan Darah Tinggi

Beberapa faktor risiko terkait dengan hal-hal yang tidak dapat Anda ubah, seperti:

  • Berasal dari keturunan Afrika-Amerika
  • Riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi
  • Usia yang lebih tua

Faktor lainnya adalah gaya hidup yang berada di bawah kendali Anda termasuk:

  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Tidak cukup berolahraga
  • Merokok
  • Sering minum alkohol
  • Diet tinggi garam.

Terkadang pengobatan, penggunaan obat-obatan terlarang, atau kondisi yang mendasari seperti diabetes, penyakit ginjal, atau penyakit tiroid, dapat menyebabkan hipertensi. Ini disebut hipertensi sekunder dan mengobati kondisi ini, atau menghentikan pengobatan, dapat menghilangkan penyebab tekanan darah tinggi.

Rekomendasi Skrining Hipertensi untuk Dewasa (Usia 30-49 Tahun)

American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines pada tahun 2017 merekomendasikan skrining tahunan untuk orang dewasa dengan tekanan darah kurang dari 120/80 mm Hg.

  • Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi dan berisiko rendah untuk penyakit kardiovaskular, pedoman tersebut merekomendasikan skrining ulang dalam tiga hingga enam bulan setelah hasil pengukuran awal tekanan darah yang tinggi.
  • Jika Anda menderita hipertensi, dan berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular, diperlukan pemeriksaan yang lebih sering, sesuai dengan risiko penyakit jantung dan tekanan darah Anda. Perawatan dengan obat anti-hipertensi kemungkinan diperlukan dalam kasus ini.

U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF), bersama dengan American Academy of Family Physicians, merekomendasikan skrining setiap tiga hingga lima tahun untuk orang dewasa berusia 18 hingga 39 tahun dengan tekanan darah normal (kurang dari 130/85 mm Hg), yang tidak memiliki faktor risiko lain.

  • Orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun, atau mereka yang berisiko tinggi mengalami tekanan darah tinggi, harus diskrining setiap tahun. USPSTF menganggap orang yang memiliki tekanan darah normal tinggi (130 hingga 139/85 hingga 89 mm Hg), mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas, atau Afrika Amerika berada pada peningkatan risiko.
  • USPSTF juga merekomendasikan untuk memastikan pengukuran tekanan darah tinggi di luar pengaturan kantor, dengan pengukuran berulang sebelum diagnosis dan pengobatan.

Tes Skrining Kanker Payudara untuk Wanita Dewasa

Kanker payudara adalah kanker kedua yang paling sering didiagnosis pada wanita Amerika dan penyebab utama kematian akibat kanker.

Hampir 70 persen kanker payudara ditemukan pada wanita berusia 55 tahun atau lebih dan sekitar 10 persen ditemukan pada wanita berusia di bawah 45 tahun.

Skrining rutin dapat membantu mendeteksi tumor pada tahap awal saat mereka paling dapat diobati. Mamografi adalah tes pencitraan yang dapat mendeteksi kanker payudara sebelum gejala berkembang.

Komunitas medis mengakui pentingnya pemeriksaan kanker payudara dan mamografi, tetapi ada beberapa perbedaan dalam rekomendasi tentang seberapa sering harus dilakukan dan kapan harus dimulai.

Sebagian besar organisasi kesehatan setuju bahwa wanita harus bekerja dengan penyedia layanan kesehatan mereka untuk menilai risiko pribadi mereka mengembangkan kanker payudara dan menentukan apa yang terbaik untuk mereka. Pertimbangan dapat diberikan untuk manfaat skrining serta bahayanya.

Meskipun skrining dapat mendeteksi kanker lebih awal di saat kanker paling bisa diobati, hal itu juga dapat menyebabkan hasil positif palsu dan prosedur tindak lanjut yang tidak perlu, seperti biopsi.

H3 Rekomendasi Skrining Kanker Payudara untuk Wanita dengan Risiko Sedang

Wanita dengan risiko sedang adalah mereka yang tidak memiliki riwayat pribadi atau keluarga dengan kanker payudara, dan tidak ada faktor risiko lain untuk kanker payudara.

Pemeriksaan Payudara Klinis

  • American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan National Comprehensive Cancer Network (NCCN) mengatakan bahwa wanita dapat ditawari pemeriksaan payudara klinis oleh profesional perawatan kesehatan setiap satu hingga tiga tahun untuk wanita berusia 25 hingga 39 tahun sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan reguler mereka. dan setiap tahun untuk wanita usia 40 tahun ke atas.
  • S. Preventive Service Task Force (USPSTF) dan American Cancer Society (ACS) menyatakan bahwa tidak ada cukup bukti dan bahwa mereka tidak merekomendasikan pemeriksaan payudara klinis untuk wanita pada usia berapa pun.

Kesadaran diri terhadap kanker payudara itu penting, menurut ACOG. Wanita dari segala usia harus mendiskusikan kesadaran diri untuk mengamati kesehatan payudara dengan dokter dan segera melaporkan setiap perubahan pada penampilan dan fisik normal payudara mereka. Perubahan ini bisa termasuk rasa sakit, massa, keluarnya cairan dari puting selain ASI, atau kemerahan.

Mammogram

  • Mamogram umumnya tidak direkomendasikan untuk wanita di bawah usia 40 tahun tanpa faktor risiko kanker payudara yang ditemukan.
  • ACS mengatakan bahwa wanita berusia 40 hingga 44 tahun memiliki pilihan untuk memulai skrining kanker payudara dengan mammogram dan merekomendasikan wanita berusia 45 hingga 54 tahun untuk menjalani mammogram setiap tahun.
  • ACOG, USPSTF, dan American College of Physicians (ACP) mengatakan bahwa wanita berusia 40 hingga 49 tahun harus ditawari skrining dan harus mendiskusikan manfaat dan bahaya skrining mamografi dengan praktisi kesehatan. Keputusan kapan memulai skrining mamografi secara teratur haruslah keputusan individu, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti toleransi risiko yang dimiliki wanita tersebut. Jika seorang wanita memilih skrining, ACOG merekomendasikannya setiap satu hingga dua tahun, dan USPSTF serta ACP mengatakan skrining harus dilakukan setiap dua tahun.

Siapa yang Berisiko Tinggi Terkena Kanker Payudara?

Riwayat keluarga dan genetika dapat berkontribusi pada risiko seumur hidup yang tinggi. Faktor risiko lain untuk kanker payudara termasuk, misalnya, riwayat pribadi kanker payudara, obesitas, menstruasi di usia yang lebih muda, memiliki anak pertama setelah usia 35, tidak pernah melahirkan, menjalani terapi hormon pascamenopause, mengalami menopause di usia yang lebih tua, dan konsumsi alkohol.

ACS merekomendasikan bahwa wanita dengan risiko seumur hidup tinggi diskrining dengan magnetic resonance imaging (MRI) selain mamografi setiap tahun mulai usia 30 tahun dan dilanjutkan selama mereka dalam keadaan sehat.

Beberapa faktor penting yang berkontribusi pada risiko seumur hidup yang tinggi meliputi:

  • Membawa gen BRCA1 atau BRCA2 yang bermutasi atau memiliki kerabat dekat dengan gen tersebut
  • Pernah mengalami radiasi di wilayah dada pada usia muda (antara 10 dan 30 tahun)
  • Sejarah keluarga tertentu, seperti memiliki beberapa kerabat dekat dengan kanker payudara atau ovarium

Jika Anda merasa sedang berada pada peningkatan risiko kanker payudara, Anda harus berkonsultasi dengan dokter dan mempertimbangkan untuk menjalani program skrining individual.

Tes Skrining Kanker Serviks untuk Wanita Dewasa

Kanker serviks disebabkan oleh pertumbuhan sel yang tidak terkendali di serviks, bagian bawah rahim wanita yang sempit. Kanker serviks tumbuh lambat dan membutuhkan waktu beberapa tahun untuk berkembang.

Menurut American Cancer Society, kanker serviks paling sering didiagnosis pada wanita berusia antara 35 dan 44 tahun. Usia rata-rata saat diagnosis adalah 50 tahun. Kanker serviks jarang didiagnosis pada wanita di bawah usia 20 tahun.

Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi persisten dengan jenis human papillomavirus (HPV) tertentu. Dua jenis HPV risiko tinggi, 16 dan 18, menyebabkan 80 persen dari semua kanker serviks. Kanker serviks yang disebabkan oleh sembilan jenis HPV berisiko tinggi dapat dicegah dengan vaksinasi mulai usia 11 hingga 12 tahun.

HPV adalah penyakit menular seksual (PMS) yang sangat umum. Banyak infeksi HPV sembuh tanpa pengobatan — tubuh mampu membersihkan infeksinya — tetapi infeksi dengan jenis HPV risiko tinggi yang tidak kunjung sembuh dapat menyebabkan kanker serviks.

Infeksi HPV membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang menjadi kanker. Infeksi terus-menerus dengan HPV risiko tinggi dapat menyebabkan sel yang terinfeksi tumbuh tak terkendali. Biasanya sistem kekebalan mengenali sel-sel ini dan membatasi pertumbuhannya, tetapi terkadang sel-sel itu tetap ada dan menjadi prakanker.

Sebagian besar kematian akibat kanker serviks dapat dihindari dengan melakukan pemeriksaan rutin dan skrining kanker serviks. Skrining rutin dapat membantu mengidentifikasi kanker serviks sejak dini, pada saat kanker tersebut sangat dapat disembuhkan. Skrining bahkan menemukan lesi prakanker yang dapat dipantau atau dihilangkan sebelum kanker mulai berkembang.

Rekomendasi Skrining Kanker Serviks untuk Wanita Dewasa (Usia 30-49 Tahun)

Tes skrining kanker serviks meliputi:

  • Pap smear (tes Pap) — tes ini menyaring perubahan prakanker atau kanker pada sel serviks. Sampel sel serviks ditempatkan pada kaca objek, dirawat dengan pewarna, dan diperiksa menggunakan mikroskop.
  • Tes HPV — tes ini mendeteksi materi genetik (DNA atau messenger RNA) dari HPV risiko tinggi (hrHPV) dalam sampel sel serviks.

Rekomendasi dari US Preventive Services Task Force (USPSTF) untuk skrining kanker serviks telah didukung oleh Society of Gynecologic Oncology dan American Society for Colposcopy and Cervical Pathology (ASCCP) dan sebagian besar sejalan dengan pedoman terkini dari American College of Obstetricians dan Ginekolog (ACOG), ASCCP, American Cancer Society, dan American Society for Clinical Pathology (ASCP).

Organisasi kesehatan ini merekomendasikan agar wanita usia 30 hingga 65 tahun memilih salah satu dari strategi skrining berikut. Bicaralah dengan dokter tentang pro dan kontra dari ketiga strategi skrining sehingga Anda dapat memutuskan pendekatan mana yang terbaik untuk Anda:

  • Pengujian gabungan dengan tes Pap smear dan HPV risiko tinggi (hrHPV) setiap lima tahun, atau
  • Pap smear saja setiap tiga tahun, atau
  • Tes hrHPV saja setiap lima tahun (dianggap sebagai strategi skrining alternatif).

Skrining dengan frekuensi yang lebih sering disarankan untuk wanita yang memiliki faktor risiko, seperti:

  • Terpapar obat yang disebut DES (obat yang diberikan kepada beberapa wanita antara tahun 1940 dan 1971 untuk mencegah keguguran) sebelum lahir. Dalam kasus ini, Pap smear diperlukan untuk skrining.
  • Skrining kanker serviks abnormal sebelumnya atau diagnosis kanker serviks
  • Riwayat keluarga yang mengidap kanker serviks
  • Riwayat infeksi klamidia
  • Sistem kekebalan yang terganggu (misalnya, infeksi HIV).

Anda harus tetap menjalani pemeriksaan kanker serviks secara teratur meskipun Anda telah divaksinasi HPV.

Skrining Kanker Serviks untuk Wanita yang Menjalani Histerektomi

Jika Anda pernah menjalani histerektomi total (operasi pengangkatan rahim dan serviks) dan Anda tidak memiliki riwayat kanker serviks atau perubahan serviks, pedoman menyarankan agar Anda menghentikan pemeriksaan kanker serviks. Namun, jika Anda memiliki riwayat kanker serviks atau perubahan serviks yang parah hingga sedang, maka Anda disarankan untuk terus menjalani pemeriksaan kanker serviks selama 20 tahun setelah operasi. Jika Anda menjalani histerektomi parsial (pengangkatan rahim tetapi bukan serviks), maka Anda harus terus menjalani pemeriksaan kanker serviks secara teratur seperti yang disarankan di atas.

Bahkan jika Anda tidak memerlukan skrining kanker serviks setiap tahun, pemeriksaan tahunan rutin tetap dianjurkan bagi kebanyakan wanita, ACOG mengingatkan.

Tes Skrining Kanker Usus Besar (Kanker Kolon) untuk Dewasa

Kanker usus besar atau kanker kolon adalah pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam lapisan jaringan yang melapisi usus besar. Ini adalah kanker non-kulit ketiga yang paling umum pada orang dewasa dan penyebab utama ketiga kematian akibat kanker pada pria dan wanita di Amerika Serikat.

Risiko seumur hidup terkena kanker usus besar adalah sekitar 1 dari 21 (atau 4,7 persen) untuk pria dan 1 dari 23 (4,4 persen) untuk wanita, menurut American Cancer Society (ACS).Insiden kanker usus besar telah menurun selama beberapa tahun terakhir pada orang yang berusia 55 tahun ke atas karena sebagian dari tes skrining yang menghasilkan pengangkatan polip kanker dan prakanker.

Namun, telah terjadi peningkatan 51 persen dalam kanker usus besar di antara orang-orang yang berusia di bawah 50 tahun sejak 1994.

Pada tahun 2018, ACS menurunkan usia awal yang mereka rekomendasikan untuk skrining kanker usus besar menjadi usia 45 tahun untuk orang-orang dengan risiko rata-rata kanker usus besar. ACS mengatakan mereka memutuskan untuk membuat perubahan dalam pedoman terbaru mereka karena meningkatnya angka kanker usus besar di kalangan orang muda dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, jika Anda memiliki satu atau lebih faktor risiko untuk kanker usus besar, Anda harus berbicara dengan dokter yang dapat membantu Anda menilai faktor risiko yang Anda miliki, dan menentukan apakah Anda harus memulai skrining pada usia yang lebih muda dan lebih sering.

Seperti yang dicatat oleh CDC, tes apa pun yang disarankan lebih baik daripada tidak melakukan tes sama sekali.

Rekomendasi Tes Skrining Kanker Kolon untuk Dewasa

Beberapa organisasi kesehatan memiliki rekomendasi skrining kanker usus besar. Pada 2017, pedoman skrining untuk deteksi dini polip prakanker dan kanker usus besar dirilis oleh US Multi-Society Task Force (MSTF) tentang Kanker Kolorektal.

US Preventive Services Task Force merilis rekomendasi serupa yang diperbarui pada tahun 2016 dan American Cancer Society (ACS) memperbarui pedoman mereka pada tahun 2018. Meskipun masing-masing organisasi ini berbeda pendapat mengenai tes apa yang akan digunakan dan seberapa sering, mereka masing-masing mendukung skrining untuk kanker usus besar. Rekomendasi didasarkan pada usia dan seberapa besar risiko yang Anda miliki.

Siapa yang Berisiko Tinggi Terkena Kanker Usus Besar (Kanker Kolon)?

Risiko kanker usus besar meningkat seiring bertambahnya usia, kelebihan berat badan atau obesitas, dan dengan terjadinya kanker di bagian tubuh lain. Contoh faktor risiko lainnya meliputi:

  • Riwayat keluarga — memiliki satu atau lebih anggota keluarga dengan kanker usus besar atau banyak polip, terutama jika mereka berusia lebih muda dari 60 tahun saat didiagnosis
  • Makan makanan tertentu secara rutin — diet tinggi lemak dan daging adalah faktor risiko kanker kolon, terutama jika dikombinasikan dengan tidak cukup makan buah, sayuran, dan/atau makanan berserat tinggi
  • Gaya hidup — faktor risiko ini termasuk merokok, minum alkohol dalam jumlah berlebihan, dan kurang olahraga teratur
  • Memiliki kolitis ulserativa, suatu bentuk penyakit radang usus
  • Menderita diabetes tipe 2
  • Latar belakang ras atau etnis — Afrika Amerika dan Yahudi Ashkenazi memiliki risiko dan tingkat kanker usus besar yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain.
  • Memiliki riwayat pribadi kanker usus besar dan / atau polip prakanker berisiko tinggi
  • Memiliki penyakit bawaan langka yang disebut poliposis adenomatosa familial (FAP) —ini menyebabkan polip jinak berkembang di awal kehidupan dan menyebabkan kanker pada hampir semua orang yang terkena kecuali usus besar diangkat. (Lihat artikel Referensi Rumah Genetika di FAP)
  • Memiliki sindrom genetik yang disebut sindrom Lynch (kanker kolon non-poliposis herediter atau HNPCC) (Lihat artikel Referensi Rumah Genetika tentang sindrom Lynch).

Individu yang memiliki risiko cukup besar tertena kanker usus besar mungkin disarankan untuk memulai skrining pada usia yang lebih muda (misalnya usia 40 tahun). Kolonoskopi biasanya direkomendasikan karena merupakan yang paling akurat dan menyeluruh. Selain itu, interval skrining yang direkomendasikan untuk individu berisiko tinggi lebih pendek daripada orang dengan risiko rata-rata (misalnya setiap satu hingga dua tahun dibandingkan setiap 10 tahun).

Selain itu, individu yang telah diskrining dan ditemukan menderita kanker usus besar atau polip prakanker risiko tinggi juga perlu tes ulang lebih sering, biasanya setidaknya setiap tiga tahun (Ini disebut surveilans).

Sebagai contoh, pedoman MSTF menyarankan peningkatan surveilans untuk orang dengan 3-10 adenoma tubular kecil serta mereka yang memiliki satu atau lebih polip berisiko tinggi (yaitu, fitur vili, adenoma tubular berdiameter lebih dari 10 mm. atau polip sesil bergerigi, atau polip apa pun yang memiliki ciri sangat atipikal, disebut displasia tingkat tinggi).

Di sisi lain, mereka yang memiliki satu atau dua adenoma tubular kecil (kurang dari 10 milimeter) di usus besar dapat diskrining ulang pada interval normal (yaitu, setiap 10 tahun). Polip umum lainnya, disebut polip hiperplastik, tidak dianggap meningkatkan risiko kanker usus besar.

Mereka yang Berisiko Sedang Terkena Kanker Kolon

Mereka yang berisiko sedang terkena kanker usus besar termasuk orang-orang yang tidak memiliki faktor risiko selain usia. ACS merekomendasikan bahwa semua orang berisiko rata-rata memulai skrining pada usia 45 tahun. Baik MSTF maupun USPSTF merekomendasikan bahwa orang dengan risiko rata-rata untuk kanker usus besar mulai melakukan skrining pada usia 50. MSTF merekomendasikan bahwa orang dengan ras Afrika-Amerika mulai pada usia 45 tahun.

Rekomendasi Tes Skrining Kanker Usus Besar

Daftar berikut merangkum tes skrining yang merupakan pilihan untuk orang dengan risiko sedang. Tes tingkat 1 adalah tes pilihan (menurut MSTF), sedangkan tes tingkat 2 memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan tes tingkat 1.

Pedoman ACS tidak memprioritaskan tes skrining tertentu dan sebaliknya mengatakan pasien dan praktisi perawatan kesehatan mereka harus memilih di antara beberapa tes berdasarkan preferensi pasien.

Rekomendasi tes tingkat 1

Colonoscopy (Kolonoskopi) — Yakni pemeriksaan rektum dan seluruh usus besar dengan instrumen berlampu.

Dilakukan setiap 10 tahun sekali.

Kelebihan kolonoskopi:

  • Dapat memeriksa seluruh usus besar
  • Mendeteksi polip prakanker dan kanker
  • Dapat menghilangkan polip dan mengambil biopsi untuk pengujian patologis.

Kekurangan kolonoskopi:

  • Persiapan usus besar yang ekstensif sebelumnya
  • Sedasi perlu dilakukan
  • Memakan waktu setidaknya satu hari untuk persiapan dan pemulihan
  • Risiko perdarahan, infeksi, atau robekan usus.

Fecal Immuno-chemical test (FIT) stool test (Tes Imunokimia Tinja)  — Yakni tes untuk mendeteksi darah tersembunyi dalam sampel tinja.

Dilakukan setahun sekali.

Kelebihan tes imunokimia tinja:

  • Tidak ada pantangan diet atau obat
  • Tidak ada persiapan usus
  • Tidak ada risiko langsung terhadap sistem pencernaan
  • Sampel dapat diambil di rumah.

Kekurangan tes imunokimia tinja:

  • Tidak dapat mendeteksi perubahan prakanker
  • Ada kemungkinan beberapa jenis kanker tidak terdeteksi
  • Kemungkinan masih perlu menjalani kolonoskopi jika hasilnya positif.

Rekomendasi tes tingkat 2

Flexible Sigmoidoscopy (Sigmoidoskopi Fleksibel) — Yakni pemeriksaan rektum dan usus besar bagian bawah dengan instrumen berlampu yang kaku atau fleksibel.

Dilakukan setiap 5-10 tahun sekali.

Kelebihan tes sigmoidoskopi fleksibel:

  • Persiapan yang cukup mudah
  • Mendeteksi polip prakanker dan kanker
  • Biasanya tidak membutuhkan sedasi
  • Cukup cepat dan aman.

Kekurangan tes sigmoidoskopi fleksibel:

  • Hanya memeriksa sekitar 30 persen bagian usus besar
  • Resiko kecil terjadinya perdarahan, infeksi atau robekan usus
  • Kemungkinan perlu menjalani kolonoskopi jika ditemukan hasil yang tidak normal.

Virtual Colonoscopy (Kolonoskopi Virtual, CTC, atau kolonografi tomografi terkomputasi) — Yakni pemeriksaan rektum dan seluruh kolon hingga usus halus menggunakan rontgen dan komputer; tabung dimasukkan ke dalam rektum dan usus dipompa dengan udara.

Dilakukan setiap lima tahun sekali.

Kelebihan kolonoskopi virtual:

  • Tidak perlu sedasi
  • Dapat mencakup seluruh usus besar
  • Mendeteksi polip prakanker dan kanker
  • Relatif aman; risiko kecil terjadi robek usus besar.

Kekurangan kolonoskopi virtual:

  • Diperlukan persiapan usus lengkap
  • Kemungkinan perlu kolonoskopi standar jika hasil tidak normal
  • Sebagian pakar masih meragukan efektivitasnya sebagai alat skrining.

Fecal Immunochemical Test (FIT)-DNA (Tes Imunokimia Tinja DNA) — Yakni tes yang bertujuan untuk mendeteksi darah dan mutasi pada gen tertentu yang terkait dengan kanker usus besar dalam DNA yang diisolasi dari sampel tinja.

Dilakukan setiap tiga tahun sekali (menurut rekomendasi American Cancer Society dan MSTF).

Kelebihan tes imunikomia tinja DNA:

  • Tidak ada persiapan usus atau pantangan makanan
  • Sampel dapat dikumpulkan di rumah
  • Tidak ada risiko robekan usus.

Kekurangan tes imunikomia tinja DNA:

  • Tidak dapat mendeteksi perubahan prakanker
  • Tidak seefektif FIT tahunan
  • Memerlukan sampel feses yang memadai
  • Memerlukan penanganan khusus
  • Kemungkinan masih perlu dilakukan kolonoskopi jika ditemukan hasil abnormal.

Capsule Colonoscopy (Kapsul Kolonoskopi) — Yakni pemeriksaan usus besar dilakukan dengan cara menelan kapsul dengan kamera video yang tertanam (kapsul tersebut tidak dapat dicerna tubuh).

Dilakukan setiap lima tahun sekali (menurut rekomendasi MSTF).

Kelebihan kapsul kolonoskopi:

  • Mendeteksi polip prakanker dan kanker
  • Tidak perlu sedasi
  • Relatif aman.

Kekurangan kapsul kolonoskopi:

  • Kemungkinan perlu dilakukan kolonoskopi standar jika hasil tidak normal
  • Tidak disetujui oleh FDA untuk men-skrining individu dengan risiko kanker usus sedang.

Rekomendasi tes lainnya

Guaiac-based Fecal Occult Blood Test (gFOBT) Stool Test (Tes Darah Tinja Okultis berbasis Guaiac) — Yakni tes untuk mendeteksi darah tersembunyi dalam sampel tinja.

Dilakukan setahun sekali.

Kelebihan tes gFOBT:

  • Tidak perlu persiapan usus/pembuangan.
  • Tidak ada risiko langsung terhadap sistem pembuangan air besar
  • Sampel dapat dikumpulkan di rumah.

Kekurangan tes gFOBT:

  • Perlu dilakukan pantangan makanan sebelum pengujian
  • Tidak dapat mendeteksi perubahan prakanker
  • Mendeteksi semua darah, tidak hanya yang berasal dari kanker tetapi juga dari makanan atau prosedur perawatan gigi
  • Mungkin perlu kolonoskopi jika hasilnya positif.

Selain tes skrining, dokter dan praktisi kesehatan dapat melakukan pemeriksaan rektal digital (DRE) untuk merasakan massa rektal dengan jari yang bersarung tangan. Kebanyakan kanker usus besar, bagaimanapun, berada di luar jangkauan deteksi DRE.

Jika tes selain kolonoskopi memberikan hasil yang menunjukkan polip atau kanker, kolonoskopi sering dilakukan untuk memeriksa usus besar secara keseluruhan dan menghilangkan polip atau area yang berpotensi menjadi kanker.

Alat Bantu Pengambilan Keputusan — Karena semua prosedur invasif memiliki risiko tertentu, Anda harus berbicara dengan dokter tentang tes skrining yang direkomendasikan untuk Anda. Beberapa perusahaan, paket kesehatan, dan praktisi kesehatan menawarkan alat bantu pengambilan keputusan.

Selain itu, jangan mengabaikan rekomendasi untuk menjalani tes ulang pada interval yang direkomendasikan oleh dokter Anda.

Tes Skrining Kanker Prostat untuk Pria Dewasa

Kanker prostat adalah kanker kedua yang paling sering didiagnosis pada pria, setelah kanker kulit. Kanker prostat juga merupakan penyebab utama kedua kematian akibat kanker, setelah kanker paru-paru.

Sebanyak satu dari tujuh pria Amerika mengembangkan kanker prostat selama hidup mereka, dengan kebanyakan kasus didiagnosis pada pria berusia 65 tahun atau lebih. Beberapa kanker prostat berkembang dengan cepat dan menyebabkan kematian dalam beberapa bulan atau beberapa tahun, tetapi sebagian besar tumbuh lambat dan tidak pernah menimbulkan ancaman kesehatan yang besar.

Rencana skrining untuk kanker prostat penting untuk didiskusikan dengan dokter Anda. Banyak kerancuan terjadi karena:

  • Teknologi saat ini tidak dapat membedakan kanker yang tumbuh lambat dari yang kanker yang berkembang cepat, dan kanker mungkin tidak pernah secara signifikan memengaruhi kesehatan atau harapan hidup seorang pria yang mengidapnya.
  • Tes skrining untuk antigen spesifik prostat (PSA) tidak mendeteksi semua kasus kanker prostat, dan beberapa hasil PSA yang meningkat tidak terbukti sebagai kanker.
  • Diagnosis melalui biopsi (dengan risiko kecil infeksi dan perdarahan) dan efek samping pengobatan (yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi dan inkontinensia) berpotensi membahayakan diri sendiri. Kebanyakan kanker prostat tumbuh dengan lambat dan mungkin tidak menimbulkan masalah.
  • Hasil dari uji coba jangka panjang tentang apakah tes PSA meningkatkan tingkat kelangsungan hidup kanker prostat tidak meyakinkan.

Siapa yang Berisiko Terkena Kanker Prostat?

Salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan adalah risiko yang Anda miliki, yang dapat mengarah kepada kanker prostat:

  • Risiko sedang: Pria sehat tanpa faktor risiko yang diketahui.
  • Risiko meningkat: Pria atau pria Afrika-Amerika yang memiliki ayah atau saudara laki-laki yang didiagnosis sebelum mereka berusia 65 tahun.
  • Risiko tinggi: Pria dengan lebih dari satu kerabat yang terkena dampak pada usia muda.

Jenis Tes Skrining Kanker Prostat

Jika Anda memilih untuk menjalani pemeriksaan, tes berikut mungkin disarankan:

Prostate Specific Antigen (PSA) —Tes darah yang mengukur kadar PSA dalam darah

Pemeriksaan colok dubur atau digital rectal exam (DRE) —bagian dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan untuk memeriksa kelenjar prostat.

H3 Rekomendasi Skrining Kanker Prostat

Sebagian besar organisasi kesehatan tidak merekomendasikan skrining kanker prostat untuk pria berusia 49 tahun ke bawah, kecuali mereka mengalami peningkatan atau risiko tinggi. Kecuali National Comprehensive Cancer Network (NCCN) yang merekomendasikannya.

  • NCCN merekomendasikan tes dasar pada usia 45 tahun untuk pria yang ingin melakukan skrining, yang akan menentukan kapan dan seberapa sering menjalani tes di masa depan. Mereka menyarankan penggunaan tes DRE dan PSA, dalam kombinasi, untuk deteksi kanker terluas pada tahap awal. Jika hasil tes PSA lebih besar dari 1,0 ng/mL, atau jika laki-laki tersebut berada pada risiko yang lebih tinggi, ia direkomendasikan untuk melakukan tes DRE dan PSA dengan interval satu hingga dua tahun.
  • USPSTF menyatakan bahwa untuk pria di bawah usia 50 tahun yang berisiko tinggi, termasuk pria keturunan Afrika Amerika dan pria dengan riwayat keluarga kanker prostat, pendekatan yang masuk akal adalah mendiskusikan manfaat dan bahaya skrining PSA untuk membuat keputusan skrining. Keputusan ini didasarkan pada kerugian yang dapat ditimbulkan dari hasil tes PSA positif palsu yang kemudian dapat mengarah pada perawatan bedah atau radiasi yang pada akhirnya hanya dapat memberikan sedikit manfaat.
  • American Cancer Society (ACS) merekomendasikan bahwa pria sehat dengan risiko rata-rata yang ingin diskrining mempertimbangkan menunggu untuk menjalani tes sampai usia 50 tahun. ACS merekomendasikan untuk mempertimbangkan pengujian sebelumnya untuk kelompok berisiko tinggi.

[1] Jika Anda keturunan Afrika-Amerika atau memiliki ayah atau saudara laki-laki yang didiagnosis sebelum mereka berusia 65 tahun, ACS merekomendasikan untuk mempertimbangkan pengujian pada usia 45 tahun.

[2] Jika lebih dari satu kerabat terpengaruh pada usia muda, Anda dapat memulai pengujian pada usia 40 tahun; kemudian, tergantung pada hasil, lakukan pengujian lagi pada usia 45 tahun atau lebih awal sesuai hasil.

[3] ACS merekomendasikan skrining ulang setiap dua tahun jika kadar PSA Anda kurang dari 2,5 ng/mL dan skrining tahunan jika 2,5 ng/mL atau lebih tinggi.

  • American Urological Association (AUA) merekomendasikan untuk menjalani PSA dan DRE dasar hanya setelah usia 55 tahun untuk pria dengan risiko sedang yang ingin diskrining. Bagi mereka yang berisiko meningkat atau tinggi, AUA menyarankan agar keputusan mengenai skrining kanker prostat dibuat secara individual berdasarkan preferensi pasien dan setelah melakukan diskusi tentang manfaat dan bahayanya.
  • American College of Physicians menyarankan agar pria yang berusia di bawah 50 tahun tidak melakukan skrining kanker prostat.

Tes Skrining HIV untuk Dewasa

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS (sindrom imunodefisiensi didapat), penyakit yang mengancam jiwa. Awalnya, infeksi HIV mungkin tidak menimbulkan gejala atau menyebabkan gejala non-spesifik seperti flu yang hilang dalam waktu singkat. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah seseorang telah terinfeksi adalah melalui tes HIV.

Jika infeksinya tidak terdeteksi dan diobati, akhirnya gejala AIDS akan muncul dan semakin memburuk. Tanpa pengobatan, HIV menghancurkan sistem kekebalan dari waktu ke waktu dan membuat tubuh seseorang rentan terhadap infeksi yang melemahkan.

HIV menyebar dengan cara berikut:

  • Dengan berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi
  • Dengan berbagi jarum suntik (seperti dengan penyalahgunaan obat suntik intravena)
  • Selama kehamilan atau kelahiran; jika seorang wanita hamil terinfeksi HIV, virus tersebut dapat ditularkan dan menginfeksi bayinya yang sedang berkembang.
  • Melalui kontak dengan darah yang terinfeksi.
  • Transfusi darah menggunakan darah hasil donor yang tidak di-skrining.

Di AS saat ini, karena skrining darah untuk transfusi dan teknik perawatan panas serta perawatan turunan darah lainnya, risiko tertular HIV dari transfusi sangat kecil. Namun, sebelum darah yang disumbangkan diskrining mulai tahun 1985 di AS dan sebelum pengobatan diperkenalkan untuk menghancurkan HIV dalam beberapa produk darah hasil donor, seperti faktor 8 dan albumin, HIV ditularkan melalui transfusi darah atau komponen darah yang terkontaminasi.

Mengapa Harus Melakukan Skrining HIV?

Skrining untuk HIV saat ini menjadi bagian dari perawatan kesehatan rutin di Amerika Serikat dan merupakan bagian penting dari kesehatan dan upaya pencegahan penyakit. Tes HIV sangat penting, karena diagnosis dini selama infeksi mengarah pada pengobatan yang tepat waktu dan efektif yang menurunkan risiko pengembangan menjadi AIDS.

Uji klinis National Institutes of Health (NIH) yang diterbitkan pada tahun 2015 menemukan bahwa orang dengan HIV memiliki risiko lebih rendah untuk mengembangkan AIDS dan penyakit serius lainnya jika mereka memulai terapi antiretroviral lebih cepat daripada lebih lambat.

Diagnosis dini juga memiliki manfaat penting bagi orang lain dan masyarakat luas. Ribuan orang didiagnosis HIV setiap tahun, dan sekitar satu dari delapan orang di Amerika Serikat dengan HIV tidak menyadari bahwa mereka mengidapnya. Seseorang dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut dengan mempelajari status mereka, mengubah perilaku dan tidak memaparkan orang lain pada darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.

Wanita hamil yang mengidap HIV dapat memulai pengobatan untuk mencegah penyebaran penyakit kepada anaknya.

Jika tes skrining HIV menunjukkan bahwa seseorang tidak terinfeksi, ia dapat mengambil langkah untuk menghindari infeksi HIV.

Bagi individu yang memiliki hasil HIV-negatif tetapi berisiko tinggi untuk HIV, CDC dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar mereka mempertimbangkan untuk mengkonsumsi profilaksis pra-pajanan (PrEP), pil harian untuk membantu mencegah infeksi. Untuk orang yang mengkonsumsi PrEP secara konsisten, risiko infeksi HIV secara bermakna lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi.

Siapa yang Berisiko Tinggi Terkena HIV?

Beberapa situasi membuat Anda berisiko tinggi tertular HIV, yakni:

  • Anda pernah melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan lebih dari satu pasangan.
  • Anda sedang atau pernah mengidap penyakit menular seksual (PMS), yang membuat Anda lebih rentan dan berisiko lebih tinggi tertular HIV saat berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi.
  • Anda adalah pria yang pernah melakukan kontak seksual dengan pria lain.
  • Anda telah menukar seks dengan uang atau obat-obatan atau melakukan hubungan seks dengan sembarang orang.
  • Anda menggunakan atau menggunakan narkoba suntikan dan kemungkinan besar telah berbagi jarum suntik yang tidak steril.
  • Anda memiliki pasangan seksual yang positif HIV.
  • Anda pernah berhubungan seks dengan siapa pun yang termasuk dalam salah satu kategori yang tercantum di atas, atau perilaku pasangan seksual Anda membuat Anda berisiko terkena HIV.
  • Anda telah didiagnosis atau dirawat karena hepatitis atau tuberkulosis (TB).

Seberapa sering Anda melakukan tes HIV harus bergantung pada risiko, aktivitas, dan kontak seksual Anda. Misalnya, selama hubungan seksual jangka panjang yang benar-benar monogami, Anda mungkin hanya menginginkan satu tes.

Namun, jika Anda atau pasangan Anda melakukan kontak seksual dengan lebih dari satu orang dalam beberapa bulan terakhir, risiko Anda terinfeksi lebih besar. Jika Anda atau seseorang yang pernah melakukan kontak seksual (bahkan kontak seksual yang tidak diinginkan) terlibat dalam perilaku berisiko, Anda memiliki alasan yang lebih besar untuk menjalani tes HIV.

Beberapa Jenis Tes Skrining HIV

Berbagai jenis tes tersedia untuk skrining HIV:

Tes kombinasi antibodi HIV dan antigen HIV — ini adalah tes skrining yang direkomendasikan untuk HIV. Ini hanya tersedia sebagai tes darah. Ia mendeteksi antigen HIV yang disebut p24 plus antibodi terhadap HIV-1 dan HIV-2. (HIV-1 adalah jenis yang paling umum ditemukan di Amerika Serikat, sedangkan HIV-2 memiliki prevalensi yang lebih tinggi di beberapa bagian Afrika.) Dengan mendeteksi antibodi dan antigen, tes kombinasi meningkatkan kemungkinan infeksi terdeteksi segera setelah pajanan. Tes ini dapat mendeteksi infeksi HIV pada kebanyakan orang dalam 2-6 minggu setelah terpapar.

Tes antibodi HIV — semua tes antibodi HIV yang digunakan di AS mendeteksi HIV-1, dan beberapa tes telah dikembangkan yang juga dapat mendeteksi HIV-2. Tes ini tersedia sebagai tes darah atau tes cairan mulut. Tes antibodi HIV dapat mendeteksi infeksi pada kebanyakan orang 3-12 minggu setelah pajanan.

Berbagai pilihan pengujian lain yang tersedia:

  • Sampel darah atau oral dapat dikumpulkan di rumah sakit atau klinik lokal dan dikirim ke laboratorium untuk diuji. Dalam pengaturan yang sama ini, tes cepat mungkin tersedia di mana hasilnya dihasilkan dalam waktu sekitar 20 menit.
  • Home collection kit yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) AS tersedia untuk pengujian antibodi HIV. Kit ini memungkinkan seseorang untuk mengambil sampel di rumah dan kemudian mengirimkannya ke pusat pengujian. Hasil tersedia melalui telepon, bersama dengan konseling yang sesuai.
  • FDA telah menyetujui tes HIV untuk digunakan di rumah. Kit pengujian sama dengan yang digunakan di banyak kantor dan klinik penyedia layanan kesehatan di mana sampel oral dikumpulkan untuk pengujian dan hasilnya tersedia dalam waktu sekitar 20 menit. Meskipun tes yang dilakukan di rumah cukup nyaman, tes ini memiliki keterbatasan. Tes ini kurang sensitif dibandingkan tes darah sehingga tes di rumah mungkin melewatkan beberapa kasus HIV yang akan dideteksi oleh tes darah, dan tidak seakurat tes darah dilakukan di rumah oleh orang awam dibandingkan ketika dilakukan oleh petugas kesehatan profesional. Perhatian ekstra dibutuhkan untuk menghindari kesalahan saat melakukan tes.

Tes skrining memiliki keterbatasan, jadi penting untuk diingat bahwa:

  • Tes skrining negatif hanya berarti tidak ada bukti penyakit pada saat tes. Jika Anda mengalami peningkatan risiko infeksi HIV tetapi hasil skrining negatif, sangat penting untuk melakukan tes skrining secara teratur.
  • Tes HIV tidak akan mendeteksi virus segera setelah infeksi. Tetap saja, bicarakan dokter segera jika Anda merasa telah terinfeksi. Jika terpapar virus baru-baru ini, tingkat antibodi mungkin terlalu rendah untuk dideteksi. Jika tes awal negatif, tes ini mungkin perlu diulang di lain waktu dengan tes antibodi lain atau tes kombinasi antibodi/antigen HIV. Dalam kasus hasil negatif, CDC merekomendasikan pengujian ulang tiga bulan setelah kemungkinan terpapar.
  • Tes skrining yang positif bukanlah diagnosis. Hasil positif harus diikuti dengan tes antibodi kedua yang membedakan antara HIV-1 dan HIV-2 untuk menegakkan diagnosis.

Rekomendasi Tes Skrining HIV dari Organisasi Kesehatan

  • CDC AS merekomendasikan bahwa setiap orang yang berusia 13 hingga 64 tahun melakukan tes skrining HIV setidaknya sekali. CDC merekomendasikan untuk menjalani tes setiap tahun jika Anda terlibat dalam aktivitas yang dapat meningkatkan risiko infeksi dan menyebarkan penyakit. Selain itu, pria yang melakukan kontak seksual dengan pria lain harus dites setiap tiga hingga enam bulan.
  • USPSTF merekomendasikan bahwa semua remaja dan orang dewasa berusia 15 hingga 65 tahun diskrining untuk infeksi HIV. Mereka juga merekomendasikan bahwa remaja yang lebih muda dan orang dewasa yang lebih tua berisiko lebih tinggi menjalani skrining untuk HIV. Mengenai seberapa sering harus diakukan tes HIV, Satgas tersebut mengatakan pendekatan yang masuk akal adalah tes satu kali untuk semua orang yang berusia 15 hingga 65 tahun dan setidaknya skrining tahunan untuk mereka yang berisiko sangat tinggi terhadap HIV, seperti pria yang berhubungan seks dengan pria, pengguna narkoba suntikan, dan mereka yang tinggal atau menerima perawatan medis di daerah dengan tingkat infeksi HIV yang tinggi. Individu dengan risiko yang meningkat tetapi tidak terlalu tinggi dapat diskrining lebih jarang daripada setiap tahun. USPSTF merekomendasikan setiap tiga sampai lima tahun sebagai pedoman. Satgas tersebut menunjukkan bahwa risiko “dapat berkembang” dan profesional di bidang kesehatan harus menggunakan kebijaksanaan mereka sendiri dalam memutuskan seberapa sering pasien harus dites HIV.
  • American College of Physicians setuju dengan CDC bahwa setiap orang yang berusia 13 hingga 64 tahun perlu direkomendasikan untuk melakukan tes skrining HIV. Mereka juga merekomendasikan bahwa praktisi perawatan kesehatan harus menentukan frekuensi skrining berulang secara individual.
  • American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan dilakukannya skrining HIV yang ditargetkan untuk semua remaja yang aktif secara seksual. Selain itu, mereka menyarankan pengujian rutin mulai usia 16 tahun untuk semua remaja yang tinggal di wilayah dengan prevalensi tinggi — yaitu, di mana lebih dari 1 dari 1.000 orang terinfeksi.
  • Untuk rekomendasi khusus wanita hamil, lihat artikel tentang Kehamilan.

Selain rekomendasi ini, individu tertentu harus diuji dan memahami status dan risiko mereka. Ini termasuk:

  • Individu yang didiagnosis menderita hepatitis, TB, atau PMS
  • Individu yang menerima transfusi darah sebelum tahun 1985 (khusus di AS) atau memiliki pasangan seksual yang menerima transfusi dan kemudian dinyatakan positif HIV
  • Seorang petugas kesehatan dengan paparan langsung dengan darah di tempat kerja
  • Setiap individu yang mengira dirinya mungkin terinfeksi.

Bicaralah dengan dokter Anda — Jangan heran jika dokter di klinik atau rumah sakit mana pun menawarkan tes skrining HIV, sesuai dengan rekomendasi organisasi kesehatan. Jika dokter Anda tidak membahas topik kesehatan seksual, Anda dapat meminta tes HIV atau penilaian risiko. Anda juga dapat menggunakan layanan rahasia untuk mendapatkan tes atau konseling.

Tes Skrining Klamidia dan Gonore untuk Dewasa

Klamidia dan gonore adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan bakteri yang paling umum di Amerika Serikat saat ini. Banyak orang yang terinfeksi klamidia dan gonore tidak menunjukkan gejala. Infeksi ini biasanya mempengaruhi alat kelamin tetapi juga dapat menyebabkan infeksi pada area lain, seperti tenggorokan dan rektum.

Wanita hamil dapat menularkan infeksi klamidia dan gonore kepada bayi mereka yang baru lahir. Jika tidak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan kemandulan dan komplikasi kesehatan lainnya. Namun, kedua penyakit tersebut bisa disembuhkan dengan antibiotik.

Sementara tingkat kasus klamidia dan gonore paling tinggi pada orang yang lebih muda, setiap orang yang aktif secara seksual bisa terkena infeksi klamidia atau gonore. Banyak orang mengalami infeksi klamidia dan gonore pada saat bersamaan.

H3 Rekomendasi Skrining Klamidia dan Gonore untuk Wanita

CDC AS, Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS (USPSTF), AAFP, dan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan skrining klamidia dan gonore untuk semua wanita dewasa yang aktif secara seksual yang memiliki faktor risiko, seperti memiliki pasangan seks baru atau memiliki banyak pasangan seks. CDC secara khusus merekomendasikan skrining tahunan bagi mereka yang berisiko.

Rekomendasi Skrining Klamidia dan Gonore untuk Pria

Organisasi-organisasi tersebut di atas tidak merekomendasikan skrining rutin untuk pria heteroseksual yang sehat, aktif secara seksual. Namun, dokter dapat menggunakan penilaian mereka dan mempertimbangkan risiko, seperti prevalensi di masyarakat. Penting untuk diingat bahwa pria yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit ini dan bahkan menginfeksi kembali pasangannya jika ia tidak menyelesaikan pengobatan. Untuk pria yang aktif secara seksual yang berhubungan seks dengan pria, CDC merekomendasikan skrining klamidia dan gonore setidaknya setiap tahun.

Siapa yang Berisiko Tertular Klamidia dan Gonore?

Contoh faktor risiko seseorang tertular klamidia dan gonore meliputi:

  • Terkena infeksi klamidia atau gonore sebelumnya, bahkan jika Anda sedang dirawat
  • Memiliki PMS lain, terutama HIV
  • Memiliki banyak pasangan seks baru atau banyak pasangan seks
  • Penggunaan kondom secara tidak konsisten
  • Menukar seks untuk uang atau obat-obatan
  • Menggunakan obat-obatan terlarang
  • Tinggal di fasilitas penahanan.

Karena tingkat infeksi ulang yang tinggi, CDC merekomendasikan bahwa wanita dan pria yang dirawat karena klamidia atau infeksi gonore diuji ulang kira-kira tiga bulan setelah pengobatan atau pada kunjungan perawatan kesehatan berikutnya, terlepas dari apakah mereka yakin bahwa pasangan seks mereka dirawat. Penting untuk melanjutkan skrining tahunan untuk penyakit-penyakit ini karena infeksi ulang selalu mungkin terjadi.

Tes Skrining Tuberkulosis untuk Dewasa

Tuberkulosis (TB atau TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB terutama menyerang paru-paru tetapi dapat memengaruhi area mana pun di tubuh. Bakteri ini dapat menyebar melalui udara dari orang ke orang melalui tetesan sekresi pernapasan seperti dahak atau aerosol yang dilepaskan melalui batuk, bersin, tertawa, atau bernapas.

Kebanyakan orang yang terinfeksi M. tuberculosis berhasil membatasi mikobakteri pada beberapa sel di paru-paru mereka, memungkinkan bakteri tersebut tetap hidup tetapi dalam bentuk tidak aktif.

Infeksi TBC laten ini tidak membuat orang tersebut sakit atau menular dan, dalam banyak kasus, tidak berkembang menjadi TBC aktif. Namun, beberapa orang — terutama mereka dengan sistem kekebalan yang lemah — dapat berkembang secara langsung dari infeksi gejala TBC menjadi TBC aktif.

Orang dengan HIV lebih mungkin menjadi sakit jika mereka tertular TBC. Seseorang yang menderita TB laten dan sistem kekebalannya menjadi lemah kemudian dapat mengembangkan TBC aktif. Kekhawatiran lain yang meningkat adalah bentuk TBC yang resistan terhadap obat yang resistan terhadap antibiotik yang biasanya diresepkan untuk mengobati penyakit tersebut.

TB adalah salah satu penyakit paling mematikan di dunia, meskipun relatif tidak umum di AS. Namun, TB atau TBC merupakan masalah kesehatan yang besar di antara kelompok individu yang berisiko tertular TBC. Pedoman saat ini merekomendasikan skrining yang ditargetkan di antara kelompok-kelompok tersebut.

Siapa Saja yang Berisiko Tertular TBC?

  • Orang yang berhubungan dekat dengan orang yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit TBC
  • Orang dengan sistem kekebalan yang lemah seperti akibat infeksi HIV, malnutrisi, usia lanjut, atau penyalahgunaan zat termasuk alkohol dan obat-obatan
  • Imigran dari negara dengan tingkat penyakit TB yang tinggi (banyak negara di Amerika Latin, Afrika, Asia, Eropa Timur, dan Rusia)
  • Orang-orang yang secara medis kurang terlayani, seperti mereka yang berasal dari lingkungan berpenghasilan rendah
  • Penghuni fasilitas perawatan jangka panjang (seperti panti jompo, fasilitas kesehatan mental, penjara, fasilitas perawatan AIDS, dan tempat penampungan tunawisma)
  • Orang yang tinggal di lingkungan yang tidak bersih atau padat dan/atau tanpa pola makan yang sehat
  • Petugas kesehatan yang bekerja dalam salah satu situasi di atas atau dengan pasien yang berisiko tinggi
  • Tenaga kerja yang bekerja dengan spesimen yang mungkin mengandung TB atau dengan biakan TB.

Rekomendasi Skrining TBC untuk Dewasa

CDC AS dan USPSTF merekomendasikan penggunaan tes skrining TBC untuk mengidentifikasi orang yang kemungkinan akan mendapat manfaat dari pengobatan, termasuk mereka yang berisiko tinggi untuk infeksi M. tuberculosis atau yang penyakitnya berisiko berkembang menjadi TB aktif jika terinfeksi. Ada dua jenis tes yang mungkin dilakukan:

  • Tes darah TB IGRA (lebih disukai): juga dikenal sebagai uji pelepasan gamma interferon, memerlukan sampel darah untuk diambil.
  • Tes kulit tuberkulin (TST) juga disebut tes kulit tuberkulin Mantoux, TST (atau PPD untuk Purified Protein Derivative) dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil cairan (disebut tuberkulin) ke dalam kulit di bagian bawah lengan. Setelah tes ini, Anda harus kembali dalam waktu 48 sampai 72 jam agar petugas kesehatan terlatih mengukur reaksinya dan menentukan apakah itu menunjukkan pajanan terhadap M. tuberculosis.

Tes Skrining Hepatitis B untuk Dewasa

Menurut CDC AS, sekitar 850.000 hingga 2,2 juta orang di AS mengalami infeksi kronis virus hepatitis B (HBV). Banyak dari orang-orang ini tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi.

HBV adalah satu dari lima "virus hepatitis" yang diidentifikasi sejauh ini yang diketahui terutama menginfeksi hati. Virus ini menyebar melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi, seperti saat berhubungan seks atau dengan berbagi jarum, pisau cukur atau sikat gigi, dan juga dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke bayinya selama atau setelah lahir.

Infeksi virus HBV dapat berkembang menjadi akut atau kronis, dengan perjalanan infeksi yang bervariasi dari bentuk ringan yang hanya berlangsung beberapa minggu hingga bentuk yang lebih serius yang berlangsung bertahun-tahun yang dapat menyebabkan komplikasi seperti sirosis atau kanker hati.

Menurut CDC, sekitar 1.800 orang meninggal setiap tahun di AS akibat penyakit hati terkait HBV.

Sebagian besar penderita infeksi HBV kronis tidak akan menunjukkan gejala. Tes untuk antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) dapat digunakan untuk skrining orang tanpa gejala yang termasuk dalam salah satu kategori risiko tinggi untuk HBV kronis.

Tersedia vaksin yang efektif untuk melawan HBV; namun, mereka yang belum divaksinasi atau yang berisiko tinggi dan divaksinasi sebelum diskrining untuk infeksi HBV mungkin ingin mempertimbangkan untuk menjalani tes.

Rekomendasi Skrining Hepatitis B untuk Dewasa

Karena prevalensi infeksi HBV rendah di populasi umum AS dan kebanyakan dari mereka yang terinfeksi tidak mengalami komplikasi, skrining HBV tidak disarankan bagi mereka yang tidak berisiko tinggi.

Untuk individu dengan peningkatan risiko infeksi HBV, beberapa organisasi kesehatan termasuk CDC, American Association for the Study of Liver Diseases (AASLD) dan United States Preventive Services Task Force merekomendasikan skrining untuk HBV. Contoh orang yang berisiko termasuk:

  • Petugas kesehatan dan keselamatan publik dengan kemungkinan terpapar darah yang terinfeksi atau cairan tubuh lainnya
  • Orang yang lahir di wilayah dunia yang memiliki prevalensi HBV lebih dari dua persen (misalnya, sebagian besar Asia dan Afrika), terlepas dari apakah mereka telah divaksinasi
  • Orang yang lahir di A.S. tetapi tidak divaksinasi sejak dini dan yang orang tuanya berasal dari daerah dengan prevalensi HBV lebih dari delapan persen
  • Pria yang berhubungan seks dengan pria
  • Pengguna narkoba suntikan
  • Orang yang mengalami peningkatan enzim hati (ALT dan AST) tanpa penyebab yang diketahui
  • Orang dengan kondisi medis tertentu yang mengharuskan sistem kekebalannya ditahan, seperti penerima transplantasi organ
  • Pasien dialisis
  • Orang yang melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi HBV atau yang memiliki pasangan seksual dengan HBV (yaitu telah dites positif untuk HBsAg)
  • Mereka yang terinfeksi HIV
  • Orang yang divaksinasi HBV setelah mereka mulai berperilaku yang membuat mereka berisiko tinggi terkena hepatitis B (misalnya, pria yang berhubungan seks dengan pria dan pengguna narkoba suntikan).

Selain itu, AASLD merekomendasikan skrining HBV untuk:

  • Orang yang memiliki banyak pasangan seks
  • Mereka yang memiliki riwayat penyakit menular seksual (PMS)
  • Narapidana penjara
  • Orang dengan infeksi hepatitis C.

Rekomendasi untuk skrining HBV selama kehamilan dibahas secara terpisah. Untuk informasi lebih lanjut, baca artikel Kehamilan.

Mengapa Perlu Skrining Hepatitis B?

Orang dengan HBV kronis tanpa disadari dapat menyebarkan infeksi kepada orang lain dan tetap berisiko mengalami komplikasi serius dari infeksi tersebut.

Tes Skrining Hepatitis C untuk Dewasa

Jumlah kasus baru hepatitis C telah meningkat secara tajam sejak 2010, terutama pada orang dewasa muda, dan sebagian besar telah dikaitkan dengan penggunaan narkoba suntikan, menurut CDC.

Bagi sebagian orang, infeksi virus hepatitis C (HCV) adalah penyakit jangka pendek, biasanya dengan sedikit gejala ringan atau tanpa gejala, dan virus dibersihkan dari tubuh tanpa pengobatan khusus. Ini disebut hepatitis C akut.

Namun, lebih dari separuh orang yang menderita hepatitis C akut terus mengembangkan hepatitis C. Tanpa pengobatan, hepatitis C kronis dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang yang serius seperti sirosis dan kanker hati, dan bisa berakibat fatal.

Hepatitis C kronis berkembang perlahan dari waktu ke waktu, jadi orang yang terinfeksi mungkin tidak menyadari bahwa mereka mengidap kondisi tersebut sampai menyebabkan kerusakan hati yang cukup untuk mempengaruhi fungsi hati.

Menurut CDC, ada lebih dari 2,4 juta orang Amerika yang hidup dengan infeksi HCV kronis dan banyak dari orang-orang ini tidak mengetahuinya.

Siapa yang Berisiko Tertular Hepatitis C?

Anda mungkin berisiko terinfeksi HCV jika ada kemungkinan Anda terpapar virus. Hepatitis C paling sering menyebar melalui paparan darah yang terkontaminasi melalui berbagi jarum suntik, atau peralatan serupa yang digunakan selama penyalahgunaan obat intravena (IV).

Dalam kasus yang lebih jarang, penularan juga dapat terjadi melalui aktivitas seksual, berbagi barang-barang pribadi seperti pisau cukur atau sikat gigi, dan dari ibu yang terinfeksi ke bayinya selama kehamilan dan persalinan.

Sebelum tahun 1992, ketika skrining HCV pada darah donor menjadi rutin, infeksi HCV juga mungkin terjadi melalui transfusi darah atau transplantasi organ. Petugas kesehatan yang telah terpapar darah yang terinfeksi (misalnya, luka tertusuk jarum) juga berisiko.

Rekomendasi Skrining Hepatitis C untuk Dewasa

Organisasi kesehatan termasuk CDC, Infectious Diseases Society of America, dan American Association for the Study of Liver Diseases merekomendasikan:

[1] Semua tes skrining hepatitis C untuk semua orang yang berusia 18 tahun ke atas, terlepas dari faktor risiko hepatitis C mereka.

[2] Pengujian satu kali pada orang tanpa memandang usia yang:

  • Pernah menyuntikkan obat-obatan terlarang
  • Menerima transfusi darah atau transplantasi organ sebelum Juli 1992 (sebelum darah dan organ diuji untuk HCV)
  • Telah menerima konsentrat faktor pembekuan yang diproduksi sebelum tahun 1987
  • Pernah menjalani dialisis jangka panjang
  • Apakah anak-anak yang lahir dari ibu yang positif HCV
  • Pernah terpapar darah penderita hepatitis C.
  • Petugas kesehatan, pengobatan darurat, atau petugas keamanan publik yang terpapar darah HCV-positif
  • Memiliki bukti penyakit hati kronis
  • Menderita HIV

[3] Pengujian berkala untuk mereka dengan faktor risiko yang sedang berlangsung, seperti penggunaan narkoba suntikan.

CDC juga merekomendasikan:

  • Skrining hepatitis C semua wanita hamil selama setiap kehamilan
  • Skrining hepatitis C untuk setiap orang yang memintanya.

United States Preventive Services Task Force (USPSTF) juga merekomendasikan:

  • Pengujian satu kali untuk semua orang dewasa yang berusia antara 18 dan 79 tahun
  • Skrining hepatitis C rutin untuk orang-orang berisiko tinggi, tanpa memandang usia
  • Skrining hepatitis C untuk wanita hamil, berapapun usianya.

Jenis Tes Skrining HCV (Hepatitis C)

Tes skrining awal adalah tes antibodi HCV yang mendeteksi adanya antibodi terhadap virus dalam darah Anda. Tubuh Anda menghasilkan antibodi ini saat Anda terpapar virus. Tes ini tidak dapat membedakan infeksi masa lalu yang telah sembuh dan infeksi aktif saat ini.

Jika tes antibodi positif, tes kedua untuk virus (HCV RNA) dilakukan untuk menentukan apakah Anda memiliki infeksi aktif yang sedang terjadi.

Mengapa Harus Menjalani Skrining Hepatitis C?

Banyak orang yang mungkin tertular virus HCV, terkadang infeksinya terjadi beberapa tahun yang lalu, tidak menunjukkan gejala yang terlihat dan tidak menyadari kondisi mereka. Satu kali skrining HCV dapat mendeteksi infeksi ini, memungkinkan perawatan dan pencegahan komplikasi.

Komplikasi yang mengikuti hepatitis C, seperti sirosis, kanker hati, dan kematian, dapat dicegah jika hepatitis C kronis terdeteksi dan diobati sebelum jaringan parut di hati menjadi parah. Perawatan untuk HCV dapat menyembuhkan lebih dari 90 persen kasus sebelum komplikasi yang terlambat terjadi.

Berikut ini merupakan pembahasan informasi mengenai tes skrining untuk dewasa terkait penyakit dalam. Baca juga info kesehatan lainnya seperti Skrining Kanker Pankreas pada Orang dengan Risiko Genetik dan Tes Skrining untuk Remaja hanya di Info Pasien.

Retno Wulandari
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan main-main. Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika saja mereka mengetahui."