Autoimun

Artikel ini terakhir di perbaharui October 15, 2020 by Rinaldi Syahran
Autoimun
Sampel darah di tabung tes alergi di lab - freepik/agartist

Ketika sistem kekebalan kita berfungsi normal, sistem ini menghasilkan respons yang dimaksudkan untuk melindungi tubuh dari zat berbahaya atau asing seperti bakteri, parasit, dan sel kanker. Responsnya mungkin termasuk pembentukan sel kekebalan dan/atau antibodi tertentu. Penyakit autoimun muncul ketika sistem kekebalan tubuh kita menghasilkan respons terhadap satu atau lebih kondisi normal tubuh dan menganggapnya seolah-olah sebagai zat yang berbahaya.

Ketika sistem kekebalan gagal untuk membedakan antara “normal” dan “tidak normal”, sistem kekebalan tubuh kita dapat menghasilkan sel-sel kekebalan atau antibodi (disebut autoantibodi) yang menargetkan sel, jaringan, dan/atau organnya sendiri. Serangan tersebut menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan yang menyebabkan gangguan autoimun.

Ada lebih dari 80 penyakit dalam yang terjadi sebagai akibat respons autoimun dan peneliti menduga setidaknya 40 penyakit tambahan memiliki basis autoimun. National Institutes of Health (NIH) memperkirakan bahwa 23,5 juta orang Amerika terpengaruh. Kebanyakan gangguan autoimun jarang terjadi. Namun, jumlah keseluruhan kasus penyakit autoimun meningkat karena alasan yang tidak diketahui. Wanita terpengaruh secara tidak proporsional dibandingkan pria. Beberapa penyakit autoimun seperti lupus lebih banyak menyerang wanita, yakni 10 kali lebih banyak dibandingkan pria.

Penyebab sebagian besar penyakit autoimunitas tidak diketahui, tetapi tampaknya ada kecenderungan bawaan (genetik) dalam banyak kasus. Pada beberapa jenis penyakit autoimun (seperti demam rematik), virus atau infeksi bakteri memicu respons imun. Antibodi atau sel kekebalan yang disebut sel-T menyerang sel normal karena beberapa bagian dari strukturnya menyerupai bagian dari mikroba yang menginfeksi.

Tipe, Tanda dan Gejala Penyakit Autoimunitas

Penyakit autoimunitas terbagi dalam dua tipe umum: gangguan yang merusak banyak organ (penyakit autoimun sistemik) dan gangguan di mana hanya satu organ atau jaringan yang dirusak langsung oleh proses autoimun (terlokalisasi).

Namun perbedaannya jadi tidak tampak jelas, karena efek gangguan autoimun terlokalisasi seringkali melampaui jaringan yang ditargetkan, secara tidak langsung mempengaruhi organ dan sistem tubuh lainnya.

Dalam beberapa kasus, antibodi mungkin tidak diarahkan kepada jaringan atau organ tertentu. Misalnya, antibodi antifosfolipid dapat bereaksi dengan zat (fosfolipid) yang merupakan penyusun normal trombosit dan lapisan sel terluar (membran sel). Reaksi ini dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah yang tidak tepat di dalam pembuluh darah (trombosis).

Penyakit autoimun bisa jadi sulit untuk dikenali dan didiagnosis. Gangguan autoimun yang memengaruhi banyak organ dapat menyebabkan tanda dan gejala yang sangat bervariasi yang dapat berubah keparahan dari waktu ke waktu.

Tanda dan gejala penyakit autoimunitas yang samar dan lambat berkembang mungkin muncul dan dapat menyesatkan selama diagnosis. Beberapa gejala gangguan autoimunitas yang lebih umum termasuk kelelahan, perasaan tidak enak badan (malaise), pusing, nyeri sendi, ruam, dan demam ringan.

Tes laboratorium yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit autoimunitas bergantung pada gangguan tertentu yang dicurigai oleh dokter, tetapi biasanya mencakup tes darah untuk satu atau lebih autoantibodi serta tes untuk peradangan seperti protein C-reaktif (CRP, tes pilihan) dan eritrosit laju sedimentasi (ESR).

Contoh Gangguan Autoimun

Berikut ini adalah daftar contoh gangguan autoimunitas. Pilih topik untuk informasi yang lebih detail, termasuk tes laboratorium yang berkaitan dengan kondisi tersebut.

  • Penyakit Addison
  • Sindrom antifosfolipid
  • Hepatitis autoimun
  • Penyakit Celiac
  • Penyakit Graves
  • Sindrom Guillain-Barre
  • Tiroiditis Hashimoto
  • Penyakit radang usus
  • Sklerosis ganda (mutiple sclerosis)
  • Myasthenia gravis
  • Anemia pernisiosa
  • Sirosis bilier primer
  • Sklerosis Kolangitis
  • Artritis Reaktif
  • Artritis reumatoid
  • Artritis Reumatoid Remaja
  • Sarkoidosis
  • Scleroderma
  • Sindrom Sjögren
  • Lupus (Systemic Lupus Erythematosus atau SLE)
  • Diabetes Tipe 1
  • Vasculitis.

Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin mengidap lebih dari satu penyakit autoimunitas. Misalnya, individu dengan penyakit Addison sering menderita diabetes tipe 1, sedangkan mereka yang menderita kolangitis sklerosis sering mengalami kolitis ulserativa.

Itu dia pembahasan mengenai penyakit autoimun. Jangan lupa untuk membaca informasi penyakit lainnya seperti sindrom antifosfolipid hanya di Info Pasien.

Retno Wulandari
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan main-main. Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika saja mereka mengetahui."