Glukosa Toleran

Artikel ini terakhir di perbaharui March 15, 2021 by Rinaldi Syahran
Glukosa Toleran
blood cells and bacteria - kjpargeter

Tes glukosa toleran adalah metode yang dapat membantu mendiagnosis kasus diabetes mellitus atau resistensi insulin. Jenis tes ini adalah indikator diabetes yang lebih signifikan daripada tes tusuk jari. Tes glukosa toleran  digunakan untuk menentukan kemampuan seseorang untuk menangani “beban” asupan glukosa dalam tubuh.

Apa Itu Tes Glukosa Toleran?

Tes glukosa toleran — juga dikenal sebagai tes toleransi glukosa oral (TTGO) — mengukur respons tubuh Anda terhadap asupan gula (glukosa) atau karbohidrat.

Tes ini dapat menunjukkan apakah seseorang dapat memetabolisme jumlah glukosa dalam jumlah standar. Hasilnya dapat diklasifikasikan sebagai normal, terganggu, atau abnormal. Tes toleransi glukosa dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes mellitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2, dan diabetes mellitus gestasional.

Ini adalah tes darah yang melibatkan pengambilan beberapa sampel darah dari waktu ke waktu, biasanya dua jam. Saat menjalani tes, pasien akan diminta untuk meminum minuman glukosa dan kadar glukosa darahnya diukur sebelum dan pada interval setelah minuman manis diminum.

Tes inibiasanya diinstruksikan oleh dokter. Kolaborasi interprofesional diperlukan untuk administrasi tes yang benar. Dokter, petugas lab atau perawat biasanya akan memberikan instruksi yang memadai kepada pasien untuk mempersiapkan tes dan apa yang diharapkan pada tes.

Tes toleransi glukosa yang sebenarnya sendiri dapat dilakukan dalam beberapa lokasi, seperti laboratorium, klinik atau rumah sakit.

Mengapa Tes Toleransi Glukosa Diperlukan?

Tes toleransi glukosa atau glukosa toleran mengidentifikasi kelainan dalam cara tubuh Anda menangani glukosa setelah makan — seringkali sebelum kadar glukosa darah puasa Anda berubah menjadi abnormal.

Tes ini akan berguna dalam membantu mendiagnosis:

  • Pra-diabetes
  • Diabetes gestasional pada wanita hamil
  • Resistensi insulin
  • Hipoglikemia reaktif.

Tes ini dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis pradiabetes dan diabetes. Dalam beberapa kasus, TTGO dapat digunakan sebagai tes skrining, tetapi yang paling umum, tes glukosa darah puasa atau hemoglobin A1c digunakan untuk skrining diabetes.

Salah satu protokol yang umum adalah tes toleransi glukosa 2 jam. Untuk tes ini, Anda mungkin menjalani tes glukosa puasa, lalu Anda minum minuman glukosa 75 gram (atau 1,75 gram per kilogram berat badan jika Anda masih anak-anak). Sampel darah lain diambil 2 jam setelah Anda mulai meminum minuman glukosa. Protokol ini “menantang” tubuh Anda untuk memproduksi insulin guna mencegah hiperglikemia sambil mengembalikan kadar glukosa ke angka normal.

Tes glukosa toleran lebih rumit untuk dilakukan daripada tes lain yang digunakan untuk mendeteksi diabetes, seperti glukosa puasa atau hemoglobin A1c, tetapi lebih sensitif dan dapat mendeteksi diabetes lebih awal. Jadi, GTT terkadang dapat digunakan untuk menyaring diabetes pada populasi pasien tertentu (misalnya, kandidat penerima transplantasi ginjal).

Jika tes digunakan untuk skrining dan hasil skrining glukosa awal tidak normal (misalnya, hiperglikemia muncul pada suatu waktu selama tes), tes dapat diulangi. Hasil tes kedua juga harus abnormal (misalnya, hiperglikemia muncul pada suatu waktu selama tes) untuk memastikan diagnosis diabetes. Sebagai alternatif, hasil skrining yang abnormal dapat diikuti dengan pengujian yang lebih pasti.

Selama tes, jika hanya glukosa puasa berada dalam kisaran hiperglikemik (yang tidak biasa), pasien hanya perlu mengulang tes glukosa puasa.

Kapan Tes Ini Harus Dilakukan?

Biasanya, tes akan diinstruksikan oleh dokter jika Anda mendapatkan hasil tes glukosa darah puasa (hemoglobin A1c) yang tidak normal atau mendekati tidak normal. Terkadang ketika dokter ingin menggunakan tes yang lebih sensitif untuk menyaring pasien dengan diabetes, mereka akan menginstruksikan tes ini.

Persiapan Tes

Sangat penting untuk makan dan minum secara normal (seperti biasanya Anda makan) pada hari-hari menjelang tes glukosa toleran. Beri tahu dokter jika Anda sakit atau sedang minum obat, karena faktor-faktor ini dapat memengaruhi hasil tes Anda.

Selama delapan hingga 12 jam sebelum tes glukosa toleran dilakukan, Anda tidak diperbolehkan makan atau minum sama sekali. Biasanya pasien akan berpuasa semalaman dan menjadwalkan tes untuk dilakukan pagi harinya.

Anda juga mungkin diminta untuk tidak mengonsumsi obat tertentu menjelang tes, tetapi hanya jika obat tersebut dapat memengaruhi hasil tes. Informasikan kepada dokter atau petugas mengenai obat yang biasa Anda minum secara rutin.

Prosedur Tes

Tes glukosa toleran dilakukan dalam beberapa tahap. Setelah Anda tiba rumah sakit atau laboratorium, petugas laboratorium akan mengambil sampel darah dari pembuluh darah di lengan Anda. Sampel darah ini akan digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah puasa Anda.

Untuk tesnya sendiri, pertama-tama darah Anda akan diambil dan petugas akan mengukur kadar glukosa darah Anda sebelum tes. Tahap selanjutnya adalah mengambil minuman glukosa yang rasanya sangat manis.

Sampel darah selanjutnya akan diambil secara berkala, sekitar 30 atau 60 menit atau satu tes setelah 2 jam. Tes bisa memakan waktu hingga 3 jam.

Di sela-sela tes darah, Anda harus menunggu. Jadi selama menunggu, Anda mungkin ingin membaca buku, majalah, atau melakukan sesuatu untuk mengisi waktu luang di laboratorium/rumah sakit.

Setelah tes rampung, Anda dapat segera kembali beraktivitas seperti biasa.

Membaca Hasil Tes

Umumnya, minuman glukosa 75 gram meningkatkan kadar glukosa darah Anda, yang merangsang pankreas untuk melepaskan insulin ke dalam darah. Insulin memungkinkan glukosa diambil oleh sel.

Seiring berjalannya waktu, diharapkan kadar glukosa darah menurun kembali normal. Ketika Anda tidak dapat memproduksi cukup insulin, atau jika sel-sel tubuh resisten terhadap efeknya — kondisi yang disebut resistensi insulin — maka lebih sedikit glukosa yang diangkut dari darah ke dalam sel dan kadar glukosa darah tetap tinggi.

Hasil tes toleransi glukosa oral ditulis dalam miligram per desiliter (mg/dL) atau milimol per liter (mmol/L). Berikut ini rangkuman hasil tes glukosa toleran:

Tidak mengidap diabetes (Normal)

  • Tes glukosa puasa (sebelum tes): di bawah 6 mmol/L.
  • Tes glukosa 2 jam: di bawah 7,8 mmol /L

Mengidap gangguan toleransi glukosa (pra-diabetes)

  • Tes glukosa puasa (sebelum tes): 6,0 hingga 7,0 mmol/L
  • Tes glukosa 2 jam: 7,9 hingga 11,0 mmol/L.

Mengidap diabetes

  • Tes glukosa puasa (sebelum tes): lebih dari 7,0 mmol/L.
  • Tes glukosa 2 jam: lebih dari 11,0 mmol / L.

Jika Anda berada dalam rentang toleransi glukosa yang terganggu, kemungkinan besar Anda akan disarankan untuk melakukan perubahan gaya hidup. Dalam beberapa kasus, obat penurun glukosa darah mungkin disarankan.

Jika Anda termasuk dalam kisaran diabetes, kemungkinan besar obat glukosa darah akan diresepkan untuk membantu tubuh Anda menjaga kadar glukosa darah tetap rendah.

Peningkatan glukosa yang paling parah digunakan untuk menandai status Anda: normal (misalnya, nondiabetes), pradiabetes (gangguan glukosa puasa dan/atau gangguan toleransi glukosa), atau diabetes (hiperglikemia).

Jika Anda memiliki gejala diabetes, hiperglikemia yang terjadi saat puasa atau dalam waktu 2 jam akan mengesahkan diagnosis diabetes. Jika Anda asimtomatik, diabetes didiagnosis saat muncul 2 hasil abnormal pada hari yang sama atau 2 hasil abnormal muncul pada 2 hari berbeda.

Tindakan Bila Hasil Tes Glukosa Toleran Tidak Normal

Diabetes tipe 2

Jika Anda diuji untuk mengdiagnosis diabetes tipe 2, dua jam setelah minum larutan glukosa:

Tingkat glukosa darah normal lebih rendah dari 140 mg/dL (7,8 mmol/L).

Tingkat glukosa darah antara 140 dan 199 mg/dL (7,8 dan 11 mmol/L) dianggap gangguan toleransi glukosa, atau pradiabetes. Jika Anda menderita pradiabetes, Anda berisiko terkena diabetes tipe 2 pada akhirnya. Anda juga berisiko terkena penyakit jantung, bahkan jika Anda tidak menderita diabetes.

Tingkat glukosa darah 200 mg/dL (11.1 mmol / L) atau lebih tinggi dapat mengindikasikan diabetes.

Jika hasil tes toleransi glukosa Anda menunjukkan diabetes tipe 2, dokter Anda mungkin mengulang tes di lain hari atau menggunakan tes darah lain untuk memastikan diagnosis. Berbagai faktor dapat memengaruhi keakuratan tes toleransi glukosa, termasuk penyakit, tingkat aktivitas, dan pengobatan tertentu.

Diabetes gestasional

Jika Anda menjalani tes diabetes gestasional, dokter Anda akan mempertimbangkan hasil dari setiap tes glukosa darah.

Jika kadar glukosa darah Anda lebih tinggi dari 140 mg/dL (7,8 mmol / L) setelah tes satu jam, beberapa dokter akan merekomendasikan tes tiga jam. Jika kadar glukosa darah Anda lebih tinggi dari 190 mg/dL (10,6 mmol/L) setelah tes satu jam, Anda akan didiagnosis dengan diabetes gestasional.

Untuk tes tiga jam:

Kadar glukosa darah puasa normal lebih rendah dari 95 mg/dL (5,3 mmol/L).

Satu jam setelah minum larutan glukosa, kadar glukosa darah normal lebih rendah dari 180 mg / dL (10 mmol / L).

Dua jam setelah minum larutan glukosa, kadar glukosa darah normal lebih rendah dari 155 mg/dL (8,6 mmol/L).

Tiga jam setelah minum larutan glukosa, kadar glukosa darah normal lebih rendah dari 140 mg / dL (7,8 mmol/L).

Jika salah satu hasilnya lebih tinggi dari biasanya, Anda mungkin perlu melakukan tes lagi dalam empat minggu. Jika dua atau lebih hasilnya lebih tinggi dari biasanya, Anda akan didiagnosis menderita diabetes gestasional.

Jika Anda didiagnosis menderita diabetes gestasional, Anda dapat mencegah komplikasi dengan mengelola kadar glukosa darah secara hati-hati selama masa kehamilan Anda.

FAQ: Tes Glukosa Toleran

Seperti apa rasa larutan glukosa yang diminumkan pada saat tes?

Larutan glukosa biasanya terasa mirip dengan soda yang sangat manis. Mengganti minuman glukosa ini tidak dianjurkan.

Bolehkah minum air putih sebelum dan pada saat tes?

Meskipun Anda harus berpuasa — tidak makan atau minum selama 8 hingga 14 jam sebelum tes glukosa toleran — minum sedikit air putih biasanya diperbolehkan.

Adakah risiko atau efek samping dari tes?

Risiko yang terkait dengan pengambilan sampel darah kadang dirasakan pasien. Setelah darah diambil, pasien mungkin mengalami memar atau luka yang berdarah. Pasien juga mungkin juga merasa pusing atau kliyengan. Dalam beberapa kasus, infeksi setelah prosedur mungkin terjadi. Namun pada umumnya, ini adalah tes yang sangat aman dan berisiko kecil.

Demikian lah pembahasan mengenai tes glukosa toleran. Jangan lupa buat membaca informasi perihal tes lainnya, seperti tes Hemoglobin A1C hanya di Info Pasien!

Retno Wulandari
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan main-main. Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika saja mereka mengetahui."